Selama Pandemi, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 19 Kali Berturut-turut

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD 3,51 miliar atau Rp 327,14 triliun.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Des 2021, 11:15 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD 3,51 miliar atau Rp 327,14 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut Indonesia telah 19 kali secara berturut-turut menikmati surplus dengan akumulasi sepanjang tahun 2021 mencapai USD 34,32 miliar.

"Nilai ekspor kumulatif merupakan nilai ekspor yang tertinggi paling tidak sejak tahun 2000”, kata Febrio dalam keterangannya, Kamis (16/12/2021).

Tren peningkatan ekspor terus berlanjut, didorong baik peningkatan harga komoditas utama maupun volume. Ekspor produk manufaktur dan pertambangan mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Di sisi lain, impor juga menunjukkan tren yang meningkat, menandakan terus menguatnya aktivitas ekonomi nasional. Peningkatan impor bisa dilihat dari semua sektor, baik sektor migas maupun nonmigas serta berdasarkan penggunaannya, seperti barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan juga barang modal.

Total nilai ekspor di bulan November 2021 mencapai USD 22,84 miliar, naik 49.7 persen (yoy) atau 42.6 persen) sepanjang tahun berjalan (ytd). Nilai ekspor bulan November ini merupakan ekspor bulanan tertinggi paling tidak sejak tahun 2000, memecahkan rekor pada bulan Oktober 2021, sebesar USD 22,03 miliar.

Sektor non-migas menyumbang hingga 94,17 persen dari total ekspor atau sebesar USD 21,51 miliar dengan kenaikan 74,8 persen (yoy) dan 42 persen (ytd). Nilai ekspor ini didominasi oleh sektor industri manufaktur dengan kontribusi mencapai 71,2 persen dan pertumbuhan 34,44 persen (yoy) atau 35,4 persen (ytd).

Sektor lainnya yang juga turut berkontribusi cukup besar yakni sektor pertambangan yang tumbuh tinggi sebesar 146,9 persen (yoy). Kinerja ekspor yang tinggi didorong komoditas utama seperti CPO, besi dan baja, batubara dan timah. Sehingga total ekspor sepanjang Januari - November 2021 mencapai USD 209,16 miliar atau naik sebesar 42,62 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2020.

Dari sisi impor, total impor bulan November 2021 tercatat sebesar USD 19,33 miliar, naik 52,62 persen (yoy) atau naik 18,62 persen dibandingkan Oktober 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh impor non-migas yang mencapai USD 16,30 miliar atau tumbuh sebesar 40,79 persen (yoy).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Impor Bahan Baku

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dilihat berdasarkan penggunaannya, impor terbesar berasal dari impor bahan baku/penolong (kontribusi 74,14 persen). Kemudian diikuti impor barang modal (kontribusi 15,51 persen), baru kemudian impor barang konsumsi (kontribusi 10,35 persen).

“Porsi impor yang sebagian besar merupakan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan dinamika aktivitas sektor produksi. Total impor kumulatif Januari hingga November 2021 bahkan sudah melebihi nilai impor sepanjang tahun 2020,” jelas Febrio.

Kedepannya, nilai impor di sisa tahun 2021, baik ekspor maupun impor diperkirakan akan terus tumbuh. Kenaikan harga komoditas dan juga permintaan global akan mendorong kinerja ekspor. Di sisi lain, impor juga akan terus tumbuh seiring peningkatan aktivitas domestik.

“Pemerintah akan terus memberikan kebijakan mendukung ekspor melalui perbaikan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor komoditas, serta penguatan industri nasional yang didukung pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi," kata dia.

Selain itu, kebijakan untuk mendorong perbaikan akses pasar akan terus didorong. Terutama melalui forum-forum kerja sama internasional baik secara bilateral dan multilateral untuk mendukung perdagangan internasional baik barang maupun jasa.

"Pemerintah juga akan terus menopang dan mendorong pemulihan dan penguatan ekspor jasa, diantaranya melalui kelanjutan strategi pengembangan dan promosi daerah wisata Indonesia,” tutup Febrio.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya