Spinal Cord Injury Seperti Dialami Laura Anna Timbulkan Cacat Permanen?

Dampak cacat dari cedera saraf tulang belakang (spinal cord injury).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Des 2021, 13:31 WIB
6 Potret Perjuangan Laura Anna Hadapi Spinal Cord Injury, Fisioterapis Hingga Akupuntur (sumber: Instagram/edlnlaura)

Liputan6.com, Jakarta Selebgram Laura Anna meninggal dunia pada Rabu, 15 Desember 2021. Duka mewarnai kepergian mantan kekasih Gaga Muhammad ini.

Sebelum mengembuskan napas terakhir, Laura Anna didera kondisi cedera saraf tulang belakang (spinal cord injury), yang mengakibatkan tangannya tak bisa digerakkan dan lumpuh selama 2 tahun. Melihat kondisi penyakit tersebut, bisakah spinal cord injury menimbulkan cacat permanen?

"Ya, jika yang terjadi adalah cedera sumsum tulang belakang yang komplit (complete/lengkap), cacat atau kelumpuhannya akan permanen," jelas Konsultan Bedah Saraf Tulang Belakang, Wawan Mulyawan melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 15 Desember 2021 malam.

"Namun, jika cedera tidak permanen, dalam arti hanya sebagian saraf sensorik, motorik atau otonom yang rusak alias tidak lengkap, masih memungkinkan beberapa perbaikan fungsional dari waktu ke waktu."

Tindakan operasi atau obat kortikosteroid yang terlambat menangani spinal cord injury dalam hitungan jam atau hari dapat menyebabkan cedera yang incomplete/tidak lengkap menjadi permanen. Oleh karena itu, dalam penanganan cedera saraf tulang belakang ada istilah, time is essential.


Penanganan dengan Operasi dan Suntikan

Ilustrasi alat operasi (pixabay)

Untuk penanganan spinal cord injury, Wawan Mulyawan menjelaskan, mungkin saja dilakukan dengan operasi darurat emergency/cito). Ini untuk mengatasi patah tulang belakang dan mengetahui kerusakan sumsum tulang belakang akibat patah tulang, pembekuan darah, atau jaringan lain di sekitarnya yang rusak.

Beberapa penelitian menunjukkan, suntikan obat kortikosteroid bermanfaat membantu cedera tulang belakang, jika terjadi kondisi yang disebut spinal shock yang bersifat sementara, namun permanen jika tidak diobati.

"Dapat juga dilakukan operasi terjadwal (non emergency) jika tujuannya untuk hanya memperbaiki stabilitas tulang belakangnya, namun kerusakan sarafnya sudah permanen," jelas Wawan, yang berpraktik di RSU Bunda, Jakarta.

Tujuan jangka panjang dari perawatan cedera tulang belakang meliputi:

  • Meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup.
  • Mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis (berkelanjutan).
  • Memulihkan beberapa fungsi saraf pada cedera parsial.

Infografis Deretan Kebakaran Penjara di Indonesia dan Dunia Timbulkan Korban

Infografis Deretan Kebakaran Penjara di Indonesia dan Dunia Timbulkan Korban. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya