Jadi Joki Vaksin Covid-19, Pria Ini Disuntik 10 Dosis dalam Sehari

Seorang pria diduga menjadi joki vaksin Covid-19 dengan mendapat 10 dosis vaksin yang disuntikkan hanya dalam satu hari.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 16 Des 2021, 18:53 WIB
Staf medis menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech untuk disuntikkan kepada anak berusia 12 hingga 17 tahun di Hanoi, Vietnam, Selasa (23/11/2021). Menurut data Kementerian Kesehatan Vietnam, hampir 108 juta dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan kepada warga. (Nhac NGUYEN/AFP)

Liputan6.com, Selandia Baru - Seorang pria di Selandia Baru, diduga menjadi joki vaksin Covid-19 dengan mendapat 10 dosis vaksin yang disuntikkan hanya dalam satu hari. 

Pria yang tak disebutkan namanya itu nekat mendapat 10 suntikan vaksin setelah dibayar oleh orang lain untuk mendapatkan suntikan atas nama mereka.

Melansir dari Oddity Central, Kamis (16/12/2021), Selandia Baru memang tengah dalam perjalanan mencapai tingkat vaksin Covid-19 sebelum Natal.

Sayangnya, hingga kini masih terkendala dengan masyarakat yang anti vaksin. Namun, mereka tetap mengincar sertifikat vaksinasi [Covid-19](Covid-19 "") untuk mempermudah melakukan berbagai aktivitas mereka. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menghindari vaksin dengan membayar joki

Untuk itu, mereka mencoba menghindari kebijakan tersebut dengan membayar orang lain untuk mendapatkan vaksin atas nama mereka.

Dengan harga yang sesuai, orang-orang yang menjadi joki vaksin rela disuntik hingga 10 dosis vaksin ke dalam tubuh mereka. 

Orang tersebut dilaporkan mengunjungi beberapa pusat vaksinasi di Auckland dan menerima vaksin Covid-19 beberapa kali atas nama orang lain yang membayar jasanya. 

 


Tak perlu identifikasi foto

Dia bisa sangat mudah melakukannya, karena untuk mendapatkan vaksin, seseorang hanya perlu memberikan nama, tanggal lahir dan alamat kepada petugas kesehatan tanpa perlu menunjukkan identifikasi foto. 

Manajer program vaksin dan imunisasi Covid-19 di Selandia Baru, Astrid Koornneef mengatakan kasus tersebut mendorong penyelidikan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

“Orang-orang yang tidak memiliki tanda pengenal foto secara tidak proporsional adalah orang-orang dalam kelompok rentan, seperti tunawisma atau transien, dan kami tidak ingin membuat hambatan untuk vaksinasi mereka,” kata Koornneef. 

 


Sulit memprediksi apa yang akan terjadi pada joki tersebut

Sementara itu, ahli vaksin University of Auckland, Selandia Baru, Helen Petousis-Harris mengatakan bahwa penelitian tidak mencangkup penggunaan dosis berlebihan sepeti itu, sehingga sulit untuk memprediksi penggunaan vaksin dengan cara ini.

“Dosis yang lebih tinggi menghasilkan reaksi vaksin yang lebih umum, seperti demam, sakit kepada dan nyeri. Jadi, itu akan membuat dia merasa sangat pusing keesokan harinya,” ucap Helen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya