Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 16 Desember 2021 dipicu koreksi saham teknologi kapitalisasi besar.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq anjlok 2,47 persen, dan catat kinerja buruk sejak September 2021. Indeks Nasdaq ditutup ke posisi 15.180,43. Indeks S&P 500 turun 0,87 persen menjadi 4.668,67. Indeks Dow Jones melemah 29,79 poin atau 0,08 persen ke posisi 35.897,64.
Advertisement
Pergerakan wall street diwarnai koreksi saham teknologi kapitalisasi besar. Saham Apple turun 3,9 persen. Saham semikonduktor antara lain saham AMD dan Nvidia masing-masing turun hampir 5,4 persen dan 6,8 persen.
Saham Adobe susut lebih dari 10 persen setelah perseroan memberikan panduan kinerja lebih rendah dari perkiraan analis.
Indeks Nasdaq turun lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin dan Selasa. Indeks Nasdaq sudah turun hampir tiga persen pada pekan ini. Analis teknikal Wellington Shield, Franks Gretz menuturkan, pasar tampaknya berada dalam rotasi saham dari saham teknologi ke sektor saham kebutuhan pokok.
“Saya pikir hal utama yangs aya fokuskan adalah perubahan. Saya pikir ini hanya sementara,” kata Gretz dilansir dari CNBC, Jumat (17/12/2021).
Namun, Gretz tidak merekomendasikan investor dari saham teknologi yang menguntungkan meski pergerakan fluktuaktif pekan ini.
"Saya pikir (pasar) menjual Microsoft dan Apple hampir merupakan pertanda positif, karena mereka melakukan segalanya,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham Bank
Saham bank membantu indeks Dow Jones berthaan lebih baik dari saham lainnya. Saham Goldman Sachs naik 1,9 persen dan JP Morgan menguat hampir 1,6 persen. Saham Verizon melonjak lebih dari 4 persen menjadi salah satu berkinerja terbaik di Indeks Dow Jones.
Adapun pergerakan wall street pada perdagangan Kamis pekan ini hapus banyak dampak reli pada perdagangan sebelumnya. Hal ini dipicu the Federal Reserve yang mengumumkan rencana lebih agresif untuk mengurangi pembelian aset obligasi atau tapering dan menaikkan suku bunga pada 2022.
“Saya pikir apa yang dicari pasar lebih dari segalanya adalah kepastian. Itu didapat kemarin. Ada banyak sentimen negatif yang terbentuk di pasar,” ujar Don Calcagni dari Mercer Advisors.
Investor juga mengawasi munculnya varian omicron dari COVID-19 karena tingkat positif untuk tes COVID-19 di New York telah melonjak dalam beberapa hari terakhir. Ia menuturkan, munculnya varian omicron dapat berfungsi sebagai kartu bagi Powell untuk kembali dovish jika pemulihan ekonomi tersendat.
Advertisement
Bank Sentral Inggris Dongkrak Suku Bunga
Di sisi lain, Bank Sentral Inggris mengumumkan menaikkan suku bunga acuan naik 15 basis poin menjadi 0,25 persen. Namun, Bank Sentral Eropa isyaratkan tidak harapkan kenaikan suku bunga tahun depan.
Dari sisi data ekonomi, klaim pengangguran mingguan sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan. Sementara itu, data perumahan untuk November jauh lebih kuat dari yang diproyeksikan ekonomi setelah turun pada bulan sebelumnya.