Raja Louis XVI dari Dinasti Bourbon menjadi "tumbal" Revolusi Prancis. Pada 21 Januari 1793 ia menemui ajal, dipenggal dengan guillotine di hadapan rakyat yang amat membencinya.
Setelah kepala suami Marie Antoinette terpisah dari badannya, secara mengerikan, warga Kota Paris berebut mendapatkan "kenang-kenangan". Dengan mencelupkan pakaian mereka dalam genangan darah Louis XVI.
Baru-baru ini, para ilmuwan yakin, mereka telah menguak misteri secarik kain yang diklaim dicelupkan ke darah Louis XVI dua abad lalu.
Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba menentukan apakah kain yang menjadi kenang-kenangan dari eksekusi fenomenal di Place de la Revolution adalah asli. Analisis DNA terbaru menguak bahwa darah yang tersimpan di dalam batok labu itu hampir pasti mengandung darah dari Louis XVI.
Kepala Mumi Nenek Moyang
Di hari eksekusi, seorang warga Paris, Maximilien Bourdaloue menjadi saksi pemenggalan Louis XVI di depan publik. Ia ikut mencelupkan sapu tangannya di kolam darah di kaki pisau guillotine.
Bourdaloue lalu menyimpan kain itu di dalam batok labu calabash, yang saat ini menjadi hak milik keluarga Italia. Kain mengandung darah Louis XVI telah membusuk dan terdekomposisi. Namun, batok labu yang menyimpannya menyerap darah tersebut.
Namun, tak ada data-data konklusif yang membuktikan darah itu benar milik Louis. Sampel DNA tak bisa memecahkan teka-teki itu hingga bisa dikomparasikan dari kerabat Louis XVI.
Sebuah studi dalam edisi terbaru Forensic Science International telah mengisi benang merah yang hilang itu. Para ilmuwan mengambil sampel DNA dari mumi kepala salah satu nenek moyang Louis XVI yang paling terkenal: Raja Henri IV, yang memerintah Prancis dari 1589-1610.
Analisis menuak bahwa Henri memiliki kromosom 'Y" parsial yang langka. Louis, yang adalah keturunan langsungnya, meski terpisah tujuh generasi. Dan ternyata, noda darah dalam labu calabash juga mengandung kromosom serupa. Para ahli menyimpulkan, hampir pasti darah di dalamnya adalah milik Louis XVI.
"Mempertimbangkan bahwa kromosom Y parsial sangat jarang ditemukan pada manusia modern, kami menyimpulkan bahwa kedua pria ini punya hubungan darah," demikian pernyataan para ahli, seperti dimuay TodayOnline (1/1/2013).
Misteri Kematian
Satu lagi misteri yang belum terjawab adalah bagaimana tepatnya Louis XVI menemui ajalnya. Sejumlah catatan menyebut, Louis begitu takutnya sehingga ia harus dipaksa menuju guillotine di bawah todongan senjata. Sejumlah saksi bahkan menyebut, tebasan pertama belum berhasil memisahkan kepalanya dari tubuh.
Lalu, pada tahun 2006, muncul surat kuno dari Charles Henri Sanson, pimpinan algojo Paris yang secara pribadi memenggal kepala Sang Raja.
Ia mendeskripsikan bagaimana Louis XVI dengan gagah menerima eksekusinya. Terlihat tenang dan teguh. Meski menolak memberikan semacam pidato perpisahan pada kerumunan warga yang marah, ia berseru dengan lantang, "Orang-orang, aku tak bersalah!"
"Aku berharap darahku bisa memperkuat kebahagiaan rakyat Prancis." (Ein)
Setelah kepala suami Marie Antoinette terpisah dari badannya, secara mengerikan, warga Kota Paris berebut mendapatkan "kenang-kenangan". Dengan mencelupkan pakaian mereka dalam genangan darah Louis XVI.
Baru-baru ini, para ilmuwan yakin, mereka telah menguak misteri secarik kain yang diklaim dicelupkan ke darah Louis XVI dua abad lalu.
Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba menentukan apakah kain yang menjadi kenang-kenangan dari eksekusi fenomenal di Place de la Revolution adalah asli. Analisis DNA terbaru menguak bahwa darah yang tersimpan di dalam batok labu itu hampir pasti mengandung darah dari Louis XVI.
Kepala Mumi Nenek Moyang
Di hari eksekusi, seorang warga Paris, Maximilien Bourdaloue menjadi saksi pemenggalan Louis XVI di depan publik. Ia ikut mencelupkan sapu tangannya di kolam darah di kaki pisau guillotine.
Bourdaloue lalu menyimpan kain itu di dalam batok labu calabash, yang saat ini menjadi hak milik keluarga Italia. Kain mengandung darah Louis XVI telah membusuk dan terdekomposisi. Namun, batok labu yang menyimpannya menyerap darah tersebut.
Namun, tak ada data-data konklusif yang membuktikan darah itu benar milik Louis. Sampel DNA tak bisa memecahkan teka-teki itu hingga bisa dikomparasikan dari kerabat Louis XVI.
Sebuah studi dalam edisi terbaru Forensic Science International telah mengisi benang merah yang hilang itu. Para ilmuwan mengambil sampel DNA dari mumi kepala salah satu nenek moyang Louis XVI yang paling terkenal: Raja Henri IV, yang memerintah Prancis dari 1589-1610.
Analisis menuak bahwa Henri memiliki kromosom 'Y" parsial yang langka. Louis, yang adalah keturunan langsungnya, meski terpisah tujuh generasi. Dan ternyata, noda darah dalam labu calabash juga mengandung kromosom serupa. Para ahli menyimpulkan, hampir pasti darah di dalamnya adalah milik Louis XVI.
"Mempertimbangkan bahwa kromosom Y parsial sangat jarang ditemukan pada manusia modern, kami menyimpulkan bahwa kedua pria ini punya hubungan darah," demikian pernyataan para ahli, seperti dimuay TodayOnline (1/1/2013).
Misteri Kematian
Satu lagi misteri yang belum terjawab adalah bagaimana tepatnya Louis XVI menemui ajalnya. Sejumlah catatan menyebut, Louis begitu takutnya sehingga ia harus dipaksa menuju guillotine di bawah todongan senjata. Sejumlah saksi bahkan menyebut, tebasan pertama belum berhasil memisahkan kepalanya dari tubuh.
Lalu, pada tahun 2006, muncul surat kuno dari Charles Henri Sanson, pimpinan algojo Paris yang secara pribadi memenggal kepala Sang Raja.
Ia mendeskripsikan bagaimana Louis XVI dengan gagah menerima eksekusinya. Terlihat tenang dan teguh. Meski menolak memberikan semacam pidato perpisahan pada kerumunan warga yang marah, ia berseru dengan lantang, "Orang-orang, aku tak bersalah!"
"Aku berharap darahku bisa memperkuat kebahagiaan rakyat Prancis." (Ein)