Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir mengunjungi kota Bandung. Salah satu agenda kunjungannya adalah bertemu dengan sejumlah petani di Bandung yang di wilayah Dusun Bamboe.
Pada kesempatan itu, Menteri Erick menerima sejumlah keluhan dari petani terkait proses yang dialami mereka. Tak lama, Menteri Erick langsung memanggil perwakilan petani dan sejumlah direksi BUMN untuk mencari solusi yang dipimpin langsung oleh Erick.
Advertisement
“Menindaklanjuti kunjungan ke Dusun Bamboe pekan lalu, kemarin BUMN kedatangan sahabat perhutanan sosial untuk bersama-sama mencari solusi atas aspirasi mereka,” katanya mengutip akun YouTube Erick Thohir, Sabtu (18/12/2021).
“Alhamdulillah, diskusi berjalan produktif dan akan ditindaklanjuti para direksi BUMN,” kata dia.
Pada cuplikan video dalam rapat yang digelar itu, salah satu petani menyampaikan, pasca kunjungan Menteri Erick dan sejumlah direksi ke Bandung, telah ada tindak lanjut dari perusahaan terkait.
“Kemarin itu setelah pak dirut datang ke Bandung, itu kepala cabang sama kepala unit langsung mendatangi teman-teman gapoktan. Itu luar biasa, direksi perhutani juga gercep untuk percepatan kesepakatan kemitraan,” terang salah satu perwakilan petani yang hadir.
Sejumlah tanggapan pun muncul dari jajaran direksi BUMN yang ikut dalam rapat itu. Dirut Bank BRI, Sunarso, melempar pertanyaan terkait arah produk dari bahan kayu.
“Menurut pikiran saya tidak akan ada masa kayu itu tidak laku, tinggal sekarang begini, kalau kita menanam kayu kira2 mau jadi produk apa,” katanya.
Sementara itu, Dirut PT RNI, Arief Prasetyo Adi pun menyampaikan pandangannya terkait komoditas kopi yang banyak ditanam petani di Bandung. Namun ia pun memastikan penyerapan di sektor lain yakni tebu.
“Mengenai program makmur, khusus untuk kopi, kita punya program kopi nusantara dipimpin oleh PTPN tetapi kalau untuk yang lainnya memang dengan RNI. Yang sudah pasti diserap kalau bapak ibu menanam tebu. Karena kita semua kekurangan bahan baku tebu,” katanya.
Sementara Wakil Dirut Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto meminta seluruh pihak untuk bisa mengelola ekspektasi.
“Ini kalau kita di pupuk indonesia kita juga mengajak semuanya itu bisa me-manage ekspektasi. Alangkah lebih baiknya kalau misalnya ini memang bisa dikelola oleh koperasi atau apapun, sehingga skala keekonomiannya dapat (terukur),” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Petani Keberatan
Rapat itu terus berlanjut dengan mempertimbangkan semua masukan dari kedua belah pihak. Petani lainnya yang datang, turut mengomentari terkait kebijakan fixed sharing yang dinilai memberatkan petani.
“Kami tetap keberatan pak, karena fixed sharing ini pak karena kan kami bermitra, kalau kita bermitra di lapangan kita konflik pak, gak akan bener pak,” katanya.
Merespons itu, Direktur Operasi dan Perhutanan Sosial Perum Perhutani, Natalas Anis Harjanto mengatakan bisa mempertimbangkan yang dikeluhkan petani tersebut.
“Pada prinsipnya kami tidak keberatan pak kalau fixed sharing ini untuk mempertimbangkan fix sharing ini dihilangkan, kami juga akan mencoba fix sharing ini kami berlakukan untuk investor-investor besar pak. Yang memang modalnya kuat,” terangnya.
Sebagai penutup rapat tersebut, Menteri Erick berpesan kepada sejumlah direksi yang hadir untuk berpihak pada keseimbangan ekonomi.
“Jadi tolong aja, saya titip ke bapak, tadi ada benar-benar keberpihakan yang sesuai dengan pemikiran awal. Kalau dia besar ya cukup lah, kita justru kan kenapa kita melakukan Makmur, Pertashop, Mekaar itukan untuk pemerataan keseimbangan ekonomi yang kita mau,” tutupnya.
Advertisement