Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO Asal Malaysia, Kain Songket Berasal dari...

Songket Malaysia telah secara resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

oleh Asnida Riani diperbarui 18 Des 2021, 13:30 WIB
Model Malaysia menampilkan koleksi 'Songket' budaya Melayu karya desainer lokal selama peluncuran pekan mode di Kuala Lumpur, 1 Agustus 2003. (JIMIN LAI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - UNESCO memasukkan songket Malaysia dalam daftar Warisan Budaya Takbenda. Kain tradisional ini secara resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO asal Malaysia pada sesi ke-16 Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, lapor Malaysiakini, Sabtu (18/12/2021).

Songket sendiri bukanlah wastra asing bagi orang Indonesia. Kain hasil tenun tradisional ini memiliki ciri khas dan corak tersendiri di berbagai wilayah di Indonesia. Melihat sisi ini, dari mana sebenarnya tenun songket berasal?

Melansir National Geographic, kata songket berasal dari istilah "sungkit" dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang artinya "mengait" atau "mencungkil." Hal ini berkaitan dengan proses pembuatannya, yaitu mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, kemudian menyelipkan benang emas dan perak.

Sementara dalam buku Gold Cloths of Sumatra: Indonesia’s Songkets from Ceremony to Commodity karya Anne Summerfield, John Summerfield, dan Susan Rodgers, istilah songket juga kemungkinan berasal dari kata "songka," songkok khas Palembang yang dipercaya sebagai pionir adat menenun dengan benang emas.

Tenun Songket merupakan seni budaya yang berasal dari daratan Cina, keberadaannya tercatat lebih kurang sejak seribu tahun lalu, menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Songket dikenal di Malaysia dan Indonesia sejak abad ke-13.

Dalam perjalanannya yang cukup panjang, songket menyebar ke Thailand, dan meluas ke beberapa negara bagian di Semenanjung Malaysia, seperti Selangor, Kelantan, dan Trengganu, bahkan Brunei Darussalam. Hingga kemudian menyeberang ke Sumatra, yaitu ke Silungkang, Siak, dan Palembang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tradisi Kain Songket

Pendiri Jaga Wastra, Neneng Rahardja memperlihatkan songket Palembang. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan adat istiadat Melayu, sementara ada juga yang menyebut teknik ini diperkenalkan pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, kain songket berasal dari perdagangan silang China dan India.

Orang Tionghoa menyediakan benang sutra, sedangkan orang India "menyumbang" benang emas dan perak, kemudian jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola berbelit diproduksi dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan sehelai jarum leper.

Tidak dikenal secara pasti dari mana songket berasal, namun menurut tradisi Kelantan, teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Thailand. Ini kemudian mengembang ke selatan di Pattani, hingga sampai ke Kelantan dan Terengganu, Malaysia, pada sekitar tahun 1500-an.

Menurut tradisi Indonesia, kain songket dikaitkan dengan kegemilangan Kerjaan Sriwijaya. Ini dikaitkan dengan pusat kerajinan songket termahsyur di kota Palembang. Walau benang emas ditemukan di reruntuhan situs Kerjaan Sriwijaya di Sumatra, bersama batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, sampai kini belum terbukti apakah penenun lokal telah memakai benang emas seawal tahun 600-an sampai 700-an masehi.


Songket Palembang

Songket bermotif kopi Semendo khas Muara Enim Sumsel yang diciptakan oleh pengusaha asal Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Songket Palembang disebut-sebut sebagai songket terbaik di Indonesia, yang berjuluk "Ratu Segala Kain." Awalnya, kaum laki-laki memakai songket sebagai destar, tanjak, atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai mengenakan songket sebagai sarung dengan baju kurung.

Ditinjau dari bahan, kegiatan pembuatan, dan harganya, songket semula merupakan kain mewah para bangsawan yang menujukkan derajat dan martabat pemakainya. Namun, kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat berada, karena harganya yang bervariasi.

Kini dengan dipergunakannya benang emas sintetis, songket tidak lagi dibanderol sangat mahal. Sejak dulu, songket jadi pilihan populer untuk busana perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh, dan Bali.

Kain ini sering diberikan pengantin pria pada mempelai wanita sebagai salah satu hantaran perkawinan.


Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya