Mengenal Songket Khas Melayu yang Jadi Warisan Dunia UNESCO Asal Malaysia

Organisasi Pendikakan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) baru-baru ini telah menetapkan songket Malaysia sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 18 Des 2021, 18:55 WIB
Perajin menenun kain songket menggunakan peralatan tradisional di sentral kerajinan songket Patuh, Desa Sukarara, Lombok Tengah, Selasa (13/10). Desa Sukarara menjadi salah satu penghasil kain tenun khas suku Sasak, Lombok. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Kain songket menjadi salah satu keindahan budaya khas nusantara. Namun, Organisasi Pendikakan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) baru-baru ini telah menetapkan songket Malaysia sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.

Pengakuan tersebut berlangsung pada Sidang UNESCO sesi ke-16 Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. 

Melansir dari The New Strait Times, Sabtu (18/12/2021), Kementerian Pariwisata, Seni, dan Budaya Malaysia mengatakan, sesi itu berlangsung secara virtual pada 13 hingga 18 Desember di markas besar UNESCO di Paris, Prancis. Itu diputuskan oleh komite yang terdiri dari 24 negara anggota Konvensi 2003 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, yang diketuai Sri Lanka.

"MOTAC, melalui National Heritage Department, menominasikan songket dalam daftar warisan budaya takbenda UNESCO. Dokumen pencalonan warisan budaya takbenda ini telah diserahkan ke Sekretariat UNESCO pada 31 Maret tahun lalu," kata pihaknya dalam sebuah pernyataan.  

 

Simak selengkapnya jadwal Piala AFF 2020/2021 dan jadwal Timnas Indonesia, juga hasil pertandingan dan klasemen dengan klik di sini.

 


Sejarah songket

Pengunjung mengunjungi salah satu stand kain songket pada pameran Pernik Nusantara di Kebayoran Baru, Minggu (3/5/2015). Pameran tersebut menampilkan beragam kerajinan asli nusantara seperti busana dan perhiasan. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Songket menjadi kain tenun tradisional yang biasa digunakan di acara-acara resmi. Songket merupakan jenis teknik pembuatan kain tenun dengan cara menambahkan hiasan benang emas atau benang perak pada jalinan benang pakan atau benang lungsi dengan cara menyungkit benar-benang tersebut. Nah, teknik menyungkit benang hias tambahan tersebut yang dikenal sebagai songket.

Kain songket muncul di masa Kerajaan Sriwijaya di Palembang, pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, pedagang India dan timur tengah membawa emas, kemudian jadilah kain songket yang berlapis emas di tangan orang Palembang.

Dalam perjalanannya yang cukup panjang, songket menyebar ke Thailand, dan meluas ke beberapa negara bagian di Semenanjung Malaysia, seperti Selangor, Kelantan, dan Trengganu, bahkan Brunei Darussalam. Hingga kemudian menyeberang ke Sumatra, yaitu ke Silungkang, Siak, dan Palembang.

 

 


Songket Palembang jadi songket terbaik di Indonesia

Parniwati merinci, secara umum ada dua jenis kain tenun khas Lombok, yakni songket dan ikat.

Songket Palembang disebut-sebut sebagai songket terbaik di Indonesia, yang berjuluk "Ratu Segala Kain." Awalnya, kaum laki-laki memakai songket sebagai destar, tanjak, atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai mengenakan songket sebagai sarung dengan baju kurung.

Ditinjau dari bahan, kegiatan pembuatan, dan harganya, songket semula merupakan kain mewah para bangsawan yang menujukkan derajat dan martabat pemakainya. Namun, kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat berada, karena harganya yang bervariasi.

Kini dengan dipergunakannya benang emas sintetis, songket tidak lagi dibanderol sangat mahal. Sejak dulu, songket jadi pilihan populer untuk busana perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh, dan Bali.

Kain ini sering diberikan pengantin pria pada mempelai wanita sebagai salah satu hantaran perkawinan.


Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19

Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya