Mengenal Varian Omicron, dari Gejala Hingga Cara Mencegahnya

Omicron merupakan varian baru dari SARS-Cov-2, yang memiliki nama B.1.1.529.

oleh Septika Shidqiyyah diperbarui 18 Des 2021, 20:15 WIB
Sejumlah vaksin dianggap tidak dapat melawan omicron. Foto: Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, Omicron sudah terdeteksi di lebih dari 75 negara di dunia termasuk Indonesia. Melalui unggahan terbaru World Health Organization (WHO) Western Pacific siang ini, terdapat beberapa fakta terbaru soal varian Omicron.

Mengutip informasi dari situs resmi WHO, Omicron merupakan varian baru dari SARS-Cov-2, yang memiliki nama B.1.1.529.

Varian ini pertama kali terdeteksi dalam spesimen dari Botswana dan Afrika Selatan pada November 2021. Setelahnya, WHO memasukkan Omicron sebagai Varian of Concern (Voc) atau varian yang perlu diperhatikan.

"Kita mempelajari banyak soal varian Omicron setiap harinya. Dalam hal penularan, kami melihat adanya peningkatan yang tinggi dibandingkan variant of concern lainnya," ujar pemimpin teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove dalam unggahan akun @WHOWPRO di Twitter, Jumat (17/12/2021).


Diperkirakan lebih menular

Sejauh ini, Omicron sudah terdeteksi pada lebih dari 77 negara. Maria pun mengungkapkan bahwa tidak menutup kemungkinan varian ini akan menginvasi negara-negara lainnya. Lalu, apakah varian Omicron akan lebih ganas daripada varian Delta?

Maria menjelaskan, meskipun masih terlalu awal untuk sepenuhnya memahami varian satu ini. WHO mengungkapkan bahwa mutasi yang dihasilkan oleh varian Omicron kemungkinan lebih menular.

"Itu adalah kekhawatiran kami. Seperti yang kita tahu, jika ada peningkatan dalam hal penularan, maka akan lebih banyak kasus. Lebih banyak kasus berarti lebih banyak yang akan dirawat inap," kata Maria.

Sedangkan, jika terlalu banyak orang yang dirawat, maka rumah sakit bisa kembali penuh dan para pasien kemungkinan bisa mendapatkan perawatan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.


Gejala omicron

Gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron juga sangatlah bervariasi. Mulai dari tidak bergejala (asymptomatic), gejala ringan, gejala berat hingga membutuhkan perawatan di rumah sakit, hingga dapat menyebabkan kematian.

Mengutip informasi dari Dailystar, Kamis (16/12/2021), data baru dari ZOE Study, sebuah program penelitian yang meminta orang yang terinfeksi untuk melaporkan gejala mereka melalui aplikasi, menunjukkan perubahan besar dalam tanda-tanda virus.

Bersin adalah salah satu gejala seperti pilek yang sekarang menjadi yang paling umum, di samping pilek ada juga sakit kepala, kelelahan dan sakit tenggorokan.

Temuan yang membingungkan ini telah membuat para ilmuwan memperingatkan bahwa siapa pun yang mengira mereka terkena flu harus tinggal di rumah, karena itu mungkin terinfeksi Covid-19.

"Kami memiliki laporan bahwa Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah dari Delta. Tapi sekali lagi, kalau kita punya banyak kasus, maka banyak kasus berarti akan lebih banyak yang dirawat di rumah sakit," ujar Maria.

"Jika rumah sakit kewalahan, para pasien bisa meninggal karena mereka tidak mendapatkan perawatan yang maksimal. Jadi meskipun masih terlalu awal untuk memberi tahu apakah Omicron lebih parah atau tidak, dan ada laporan bahwa ini tidak lebih menular, jangan terkecoh," tambahnya.

Maria menambahkan, meskipun ada laporan bahwa gejala yang ditimbulkan tidak begitu berat, penting untuk mengingat bahwa Omicron juga bisa menginfeksi mereka yang masuk dalam kategori rentan.

"Jika mereka terinfeksi dengan varian apapun termasuk Omicron, itu dapat meningkatkan risiko penyakit berkembang lebih parah. Jadi meskipun kita melihat ada gejala yang lebih ringan, lakukanlah yang terbaik yang kita bisa untuk mengurangi penularan," kata Maria.

Sementara itu menurut Profesor Tim Spector, ilmuwan utama di aplikasi ZOE COVID Study, Omicron akan menjadi strain dominan di Inggris pada Natal dan di Tahun Baru.

Selain itu, puncak kasus varian baru ini dapat lebih tinggi dari apa pun yang pernah ada sebelumnya.

"Seperti yang ditunjukkan data terbaru kami, gejala Omicron sebagian besar adalah gejala pilek, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan bersin, jadi orang harus tinggal di rumah karena mungkin COVID-19," tuturnya.


Cara mencegah terpapar varian omicron

Lebih lanjut, Maria menjelaskan bahwa dalam upaya pencegahannya, masyarakat bisa melakukan vaksinasi COVID-19 dan pastikan untuk mengambil langkah sebagai upaya untuk mencegah penularan.

"Masih lebih baik untuk divaksinasi daripada tidak sama sekali," ujar Maria.

Pemerintah juga melakukan upaya tanggap darurat agar Indonesia terhindar dari lonjakan ketiga kasus COVID-19. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan masyarakat dan menjadi langkah kunci sebagai upaya pencegahan agar tidak terpapar varian Omicron.

  • Mempertahankan Mobilitas yang Aman

Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah mobilitas masyarakat. Data Google Mobility menunjukkan adanya peningkatan di terminal, stasiun, bandara dan pelabuhan, pusat perbelanjaan retail, rekreasi taman atau ruang terbuka publik serta perkantoran sejak Juli hingga Desember 2021.

Pengetatan mobilitas yang dilakukan memang memiliki efek yang cukup besar bagi kondisi perekonomian masyarakat, namun pemerintah menyerukan untuk mempertahankan mobilitas yang aman. Hal ini dilakukan dengan mematuhi kebijakan dan disiplin protokol kesehatan.

  • Meningkatkan Cakupan Vaksinasi Dosis Lengkap

Cakupan vaksinasi dosis lengkap juga perlu diperhatikan sebagai upaya pencegahan terpapar varian Omicron. Cakupan vaksinasi yang tinggi menunjukkan perlindungan terhadap masyarakat juga maksimal. Sekarag ini baru 3 provinsi yang cakupan vaksinasinya mencapai 70% yaitu Kepulauan Riau, DI Yogyakarta dan Bali. Sementara, 31 provinsi lagi capaiannya dibawah 70%, atau setidaknya ada 19 provinsi yang capaiannya masih dibawah target WHO yaitu 40%.

Pemerintah terus berupaya keras memenuhi kebutuhan vaksin nasional dengan mengamankan stok vaksin melalui berbagai kerjasama. Partisipasi dan peran aktif masyarakat dibutuhkan untuk turut serta dalam program vaksinasi dan tidak membeda-bedakan jenis vaksin COVID-19.

  • Disiplin Menerapkan Protokol Kesehatan

Hal ini paling penting, karena selama COVID-19 masih ada maka protokol kesehatan adalah harga mati dan perlu diterapkan dengan disiplin. Beberapa lokasi menunjukkan kedisiplinan cukup baik memakai masker.

Namun, masih ada beberapa lokasi yang kepatuhannya rendah, seperti pemukiman penduduk, kedai makanan, stasiun dan terminal, serta pasar rakyat. Kondisi penularan COVID-19 yang terus terkendali tentunya dapat dicapai bila setiap orang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Apalagi, cara ini merupakan cara yang paling mudah, murah, dan efektif dalam mencegah penularan COVID-19, termasuk varian Omicron.

  • Pelaksanaan Testing dan Tracing

Testing dan tracing juga perlu diperhatikan dalam pencegahan varian Omicron. Keduanya hal utama mendeteksi kasus secara masif. Pendeteksian yang semakin cepat dan masif dapat mencegah meluasnya penularan dan dapat meningkatkan potensi kesembuhan karena segera ditangani.

Testing dan tracing menjadi kunci paling dini dalam mengidentifikasi dan mencegah kasus yang sudah ditemukan, agar tidak menimbulkan dampak lebih luas. Penting bagi Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk segera melakukan upaya tracing begitu ada orang positif teridentifikasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya