Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya mendorong kepemimpinan direksi-direksi muda berusia di bawah 40 tahun di kementerian yang dipimpinnya, Menteri BUMN Erick Thohir mencontohkan para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dinilai mampu melakukan hal tersebut.
"Kalau kita lihat Staf Khusus III Menteri BUMN, itu Pak Arya Sinulingga dari ITB. Kalau di DPR dipanggilnya Wamen III. Dirut Pertamina dari ITB, Dirut Telkom juga dari ITB, Direktur Utama Bio Farma juga dari ITB," kata Erick Thohir saat membuka Rakernas Ikatan Alumni (IA) ITB secara daring, Sabtu (18/12/2021).
Advertisement
Erick menegaskan pihaknya terus berupaya mendorong kepemimpinan direksi-direksi muda berusia di bawah 40 tahun di Kementerian BUMN bisa mencapai lima persen di 2021 dan di tahun 2023 bisa mencapai 10 persen.
"Pertanyaannya, kenapa (mendorong kepemimpinan direksi muda)? Tidak lain karena disrupsi digital. Jadi, mengapa kami mendorong demikian, karena itu tadi, untuk mengantisipasi disrupsi digital," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama Erick menjamin kementerian yang dipimpinnya akan terus meningkatkan kerja sama riset dengan ITB.
"Kerja sama riset antara BUMN dengan ITB, saya rasa ini yang akan terus kita tingkatkan. Telkom sudah bekerja sama, Pertamina juga sudah melakukan kerja sama, dan tentu makin banyak BUMN yang bisa kita kolaborasikan," kata Erick Thohir.
Menurut dia, selama ini hubungan antara alumni ITB dengan Kementerian BUMN sangat kuat. Terbukti banyak alumni ITB menempati posisi strategis di BUMN.
Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni ITB Gembong Primadjaja mengaku terhormat dengan 'panggilan' Menteri BUMN terkait dengan rencana peningkatan kerja sama.
"Kita, dengan panggilan itu, tentunya membuat kami merasa terhormat, bisa ikut bersinergi dengan Kementerian BUMN," kata dia.
Menurut Gembong, hal tersebut merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa bagi alumni ITB yang berada di luar lingkungan BUMN, namun berkesempatan untuk diajak bekerja sama oleh Menteri BUMN untuk membangun bangsa ini.
Menteri BUMN dihadapan IA ITB mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi distruksi yang luar biasa.
"This is biggest challenge of human kind yang kita rasakan hari ini, di mana kita mendapat tiga tekanan, tidak hanya tekanan globalisasi. Pasar global yang memang saat ini terus menerus harus dibuka. Tetapi harus dilihat konteksnya, kalau ini dibuka untuk kepentingan bersama, itu hal yang lumrah. Tetapi yang harus kita jaga kalau ini ditunggangi," ujarnya.
Erick menceritakan bagaimana Indonesia mengalami tekanan untuk menandatangani suplay chain yang sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia.
Negara-negara besar, termasuk Singapura didalamnya, duduk bersama dan menekan Indonesia dan Kongo. Erick mengakui setelah Covid ini terjadi distruksi terhadap suplay chains. Dia mencontohkan ada bahan pupuk yang masih impor, dan jika harga naik maka akan mempengaruhi suplay chain karena berdampak pada pangan.
"Nah equilibrium ini yang sedang kita hadapi, karena itu penting sekali kita bersama-sama mengerti situasi ini dan memastikan bahwa market kita, sumber daya alam kita jangan dipergunakan untuk pertumbuhan negara lain," tegasnya.
Belum lagi soal Sub Digital akan akan berdampak pada hilangnya lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha.
"Karena itu saya bicara dengan banyak rektor di Indonesia, sudah waktunya kita punya roadmap ketenagakerjaan karena penting sekali kita memapingkan bagaimana kebutuhan tenaga kerja ke depan. Kita perlu link and match dengan Universitas," ucapnya.
Erick juga mengingatkan soal carbon tax dan green energy.
"Negara-negara Eropa akan melihat itu karena itu dijadikan basis dalam menerima komoditas kita. Lihat saja bagaimana negara Eropa menekan kita soal sawit. Karena itu perlu dilakukan bagaimana hilirisasi industri yang menggunakan sawit," kata Erick.
Kartu Anggota IA ITB
Rakernas IA ITB yang berlangsung di Sabuga ITB diwarnai penyerahan ambulans dari Bank Rakyat Indonesia sebagai aksi sosial responsibility kepada Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung. Ambulan diharapkan dapat digunakan IA ITB untuk membantu pemerintah menangani pandemi Covid-19 dan saat terjadi bencana.
Simbolis kunci ambulan diserahkan Rudi Trilaksono, Branch Manager Bank Rakyat Indonesia kepada Gembong Primadjaja, Ketua IA-ITB Periode 2021-2025 didampingi Ketua Badan Penanggulangan Bencana IA ITB, Adamsyah Wahab.
"Pemberian ambulan ini merupakan bukti nyata komitmen BRI ikut serta dalam penanganan persoalan sosial atau bencana. Terlebih pandemi masih melanda tanah air," ujar Rudi Trilaksono.
Selain itu turut dilakukan penandatanganan penyediaan Kartu Anggota IA ITB. Penandatanganan MoU tersebut merupakan sinergi antara IA ITB dan BRI. Kartu berlogo BRI tersebut, selain sebagai bukti keanggotaan, namun kartu tersebut juga bisa digunakan untuk melakukan transaksi.
Advertisement