Liputan6.com, Jakarta - Hallyu, secara harfiah berarti gelombang Korea atau lebih dikenal dengan Korean Wave, mengacu pada penyebaran dan popularitas budaya populer Korea di seluruh dunia terutama sejak awal abad ke-21.
Hallyu pertama kali didorong oleh penyebaran K-drama --yang kemudian berkembang dengan munculnya K-pop dan sebagainya -- di seluruh Asia pada dekade pertama abad ke-21 tetapi telah berkembang dari tren regional menjadi fenomena global yang berpengaruh saat ini.
"Korea sekarang menjadi pengekspor budaya populer yang terdepan bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Jepang," ujar Andrew Kim, Profesor International Studies di Korea University dalam workshop Indonesia Korea Journalist Network 2021 yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerjasama dengan Korea Foundation Jakarta pertengahan November lalu.
Baca Juga
Advertisement
Kim mengutip politikus Amerika Joseph Nye yang menafsirkan Korean Wave atau Gelombang Korea sebagai perkembangan kepopuleran semua hal tentang Korea, mulai dari mode dan film hingga musik dan makanan.
"Contoh lain yang bisa saya rujuk adalah makanan Jepang. Jadi katakanlah Anda pergi ke kota berukuran sedang bahkan kecil di Amerika Utara, Anda akan menemukan restoran Jepang yang penuh dengan orang-orang lokal tanpa terlalu banyak etnis minoritas Jepang yang tinggal di kota-kota tersebut," ujarnya.
"Dan alasannya adalah orang-orang ketahuan menikmati makanan Jepang karena budaya Jepang adalah sesuatu yang mereka suka, seperti menyukai film tentang samurai, ninja dan sebagainya. Saya memperhatikan bahwa hal yang sama terjadi dengan makanan Korea," jelasnya.
Jadi, papar Kim, katakanlah 20 tahun yang lalu Anda tidak melihat terlalu banyak orang makan di restoran Korea tapi sekarang restoran Korea tengah menikmati popularitas yang saya saksikan dialami restoran Jepang 30 tahun yang lalu.
Profesor Kim mengatakan, majalah terkemuka Inggris The Economist (2014) bahkan menyebut budaya pop Korea sebagai trendsetter terkemuka di Asia.
Dampak Positif dari Popularitas Global Budaya Populer Korea, Mulai dari Peningkatan Ekonomi Nasional hingga Menjadi Kebanggaan Asia (Asian Pride)
Korean Wave telah memberikan banyak dampak positif bagi Korea khususnya di bidang ekonomi. Sebut saja peningkatan ekspor konten budaya Korea. Total ini lebih dari $6,7 miliar pada tahun 2017 lebih dari peningkatan 5 kali lipat dari tahun 2005.
Selain itu juga terjadi peningkatan pariwisata internasional ke Korea. Jumlah wisatawan mancanegara melonjak lebih dari 3 kali antara tahun 2000 dan 2016 mencapai 17,2 juta.
Tak hanya itu, Profesor Kim mengatakan dampak positif lainnya adalah pembentukan citra Korea yang lebih positif. Popularitas Hallyu meningkat dalam soft power Korea.
Soft power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan melalui ketertarikan daripada paksaan atau pembayaran.
Jajak pendapat BBC pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa opini publik tentang Korea Selatan telah meningkat setiap tahun sejak data dikumpulkan mulai tahun 2009.
Hallyu juga berperan besar dalam peningkatan minat studi Korea. Terbukti dari pendaftaran yang lebih banyak di kelas bahasa dan budaya Korea di universitas dan pusat budaya Korea di luar negeri.
Hallyu yang menjadi sumber kebanggaan nasional bagi banyak orang Korea, khususnya K-pop bisa dibilang menginspirasi apa yang bisa disebut dengan Asian Pride.
Dengan Hallyu, banyak orang Asia akhirnya memiliki bintang pop internasional yang dapat mereka kagumi sebagai sesama orang Asia. Di mana biasanya bintang populer merupakan orang Barat terutama dari Amerika.
"Booming-nya popularitas K-pop/K-drama di seluruh dunia, membuat orang Asia akhirnya mendapat sorotan di mata publik global. Pada akhirnya orang Asia lebih diterima di seluruh dunia. Keren menjadi menjadi orang Asia," imbuh Profesor Kim.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jejak Evolusi Hallyu, Cikal Bakal Kesuksesan Diplomasi Budaya Korea
Kesuksesan Hallyu tidak terjadi dalam semalam. Ada proses evolusi di dalamnya.
"Begitulah, Hallyu adalah sesuatu yang diracik. Saya katakan setidaknya selama hampir tiga dekade," kata profesor Andrew Kim.
Seperti tidak tiba-tiba orang Korea mendapati kata-kata dalam bahasa Korea ditambahkan ke kamus bahasa Inggris, kata Profesor Kim lagi.
"Itu karena budaya populer telah mencapai tingkat penerimaan tertentu. Budaya Korea semakin diterima oleh Barat. Saya tidak mengatakan bahwa itu harus menjadi tujuan akhir setiap masyarakat, tetapi Anda tahu rasanya menyenangkan mendapatkan pengakuan seperti itu," jelasnya.
Mungkin tak banyak yang tahu proses evolusi Hallyu yang bisa dibilang sebagai cikal bakal kesuksesan diplomasi budaya Korea. Para sarjana menemukan ide dengan mengklasifikasikan evolusi tersebut dengan Hallyu 1.0, Hallyu 2.0, Hallyu 3.0.
Mereka menelusuri evolusi bagaimana K-drama kemudian berkembang menjadi musik dan sekarang Hallyu berkembang menjadi semacam gaya hidup.
"Mulai dari Hallyu 1.0 pada 1995 hingga pertengahan tahun 2000, dimulai dari kemunculan K-drama yang paling terkenal yakni Winter Sonata (2002), dan Jewel in The Palace (2003-2004). Lalu beranjak ke Hallyu 2.0 mulai pertengahan tahun 2000 hingga akhir 2010 yang berfokus pada K-pop seperti Super Junior, Big Bang, Black Pink dan sebagainya," papar Profesor Kim dalam diskusinya.
"Kemudian masuk ke evolusi Hallyu 3.0 pada masa kini hingga waktu yang belum ditentukan di masa depan, dengan fokus kemunculan K-Lifestyle. Mencakup di dalamnya gim online, kosmetik, makanan, fesyen, animasi," tambahnya.
"Ada area yang belum dipetakan dianggap sebagai fase berikutnya dari Hallyu 3, atau beberapa orang mungkin mengatakan kita telah memasuki fase itu, tetapi mari kita sebut ini sebagai upaya untuk menyusun yang rapi dan lebih sistematis tentang bagaimana evolusi Hallyu."
Saat ditanya apakah Korea mempersiapkan diri untuk evolusi Hallyu berikutnya melihat ketiga evolusi sebelumnya sudah mendulang kesuksesan, Profesor Kim mengatakan dirinya tak pernah membayangkan atau memikirkan akan ada Hallyu 4.0.
"Karena Hallyu 3.0 telah mencakup semua budaya Korea, K-lifestyle. Saat ini saya tidak terpikirkan sama sekali. Tapi dengan pertanyaan ini jadi terpikir bahwa harus dipersiapkan gelombang evolusi Hallyu berikutnya."
Pemerintah Korea Selatan menggunakan Hallyu sebagai media diplomasi budaya negaranya, merujuk pada situasi dengan sengaja menggunakan selebritas dalam Korean Wave untuk mencapai tujuan nasional.
"Contoh yang sangat baik dalam diplomasi budaya melalui Hallyu ini adalah keputusan pemerintah Korea pada tahun 2001 untuk mengundang aktor Jang Dong-gun dan aktris Kim Nam-ju, yang keduanya populer di Asia Tenggara untuk makan malam dengan Presiden Vietnam Tran Duc Luong di Seoul," tutur Profesor Kim.
Selain itu, kehadiran Hallyu pun menyumbang banyak dalam hal promosi negaranya. Berkat Hallyu yang terus berevolusi, budaya Korea kian dikenal dan memiliki tempat tersendiri bagi para pecintanya.
Advertisement