Perayaan Hari Ibu 22 Desember dan Perbedaannya dengan Mother's Day

Banyak perbedaan antara Hari Ibu di Indonesia dan Mother's Day di Amerika Serikat dan Barat.

oleh Komarudin diperbarui 09 Jan 2022, 01:21 WIB
Kebaya lengkap dengan sanggul dan tata rias cantik menambah keanggunan para polwan-polwan Bali pada Hari Ibu ini. (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 22 Desember, Indonesia diperingati sebagai Hari Ibu. Peringatan tersebut tak lepas Kongres Perempuan Indonesia III yang dilaksanakan pada 23--28 Juli 1938.

Dalam tersebut membahas tentang Undang-Undang Perkawinan Modern, soal hak pilih dan dipilih bagi kaum perempuan untuk posisi di Badan Perwakilan atau Volksraad. Dari kongres itu kemudian diputuskan 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, dilansir dari laman Indonesia.go.id, Senin, 20 Desember 2021.

Kongres Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) III di Bandung dipimpin oleh Emma Puradirejda. Organisasi ini semacam federasi dari berbagai organisasi dan perkumpulan pergerakan perempuan di Indonesia.

Kongres PPI III tak lepas dari Kongres PPI I sejak 22--25 Desember 1928. Karena tanggal Kongres PP I itu yang kemudian disepakati sebagai Hari Ibu, yaitu 22 Desember.

Sebanyak 600 orang perwakilan organisasi kemasyarakatan perempuan dan wanita dari pelbagai latar belakang sosial budaya menghadiri kongres tersebut. Dalam kongres dibahas tentang usaha perjuangan untuk perbaikan hidup perempuan dan kesetaraan antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki.

Mereka sepakat perempuan tidak hanya harus duduk di dapur saja, kecuali jika menjadi nomor satu di dapur. Mereka juga berpendapat sudah saatnya mengangkat derajat buat kaum perempuan, lelaki dan perempuan harus berjalan beriringan.

PPI dalam kongres II-nya pada 28-31 Desember 1929 di Jakarta, mengubah nama PPI menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia). PPII memiliki asas kebangsaan, persamaan, jiwa sosial, dan persamaan hak di antara laki-laki dan perempuan. Dari perjalanan panjang itulah kemudian dilaksanakannya Hari Ibu

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sosok Emma Puradiredja

Emma Puradiredja (dok.rsbep.wordpress.com/Komarudin)

Dilansir dari berbagai sumber, Emma Pureadiredja adalah sosok di balik tercetusnya Hari Ibu. Ia merupakan sosok wanita kelahiran Cilimus, Kuningan 13 Agustus 1902 yang cukup diperhitungkan dalam merangkul para perempuan agar tetap berdikari dalam membela Indonesia.

Emma Puradiredja berlatar belakang keluarga menak. Emma remaja memeroleh akses pendidikan yang cukup memadai untuk menyuarakan pergerakan kaum muda di Jawa Barat.

Ia mendirikan Pasundan Istri (PASI) dengan dilanjutkan menjadi ketua Kongres Perempuan Indonesia ke-3 di Bandung. Pada 2017 lalu Emma menjadi salah satu tokoh yang rekam jejaknya ditampilkan di Museum Sumpah Pemuda. Nama Emma Puradiredja juga disematkan menjadi nama sebuah rumah sakit bersalin.

Emma Puradiredja wafat pada 19 April 1976 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Ia dikebumikan pada 20 April 1976 di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.


Beda Hari Ibu dan Mother's Day

Ilustrasi Hari Ibu. (dok. pexels.com/Kelvin Octa)

Penetapan Hari Ibu 22 Desember menjadi Hari Besar Nasional dikukuhkan Presiden RI Sukarno melalui Ketetapan Presiden Sukarno nomor 316/1959, pada 16 Desember 1959.

Hal itu yang membedakan Hari Ibu dengan Mother's Day. Mother's Day yang diperingati di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya dilaksanakan setiap minggu kedua pada Mei.

Selain itu, Mother's Day dirayakan untuk mengingatkan anak-anak terhadap kasih sayang ibunya. Selama ini seorang ibu telah mengurus mereka sejak dalam kandungan dan sampai mereka berumah tangga.


Infografis Hari Ibu

Angka Kematian Ibu di Indonesia

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya