Liputan6.com, Jakarta - Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Ahmad M Ali mengungkap alasan fraksinya mendorong pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Garuda Indonesia.
Menurutnya, pembentukan Pansus Garuda Indonesia dinilai lebih efektif ketimbang Panitia Kerja (Panja) dalam mengurai polemik yang dihadapi maskapai pelat merah tersebut.
Baca Juga
Advertisement
“Panja tidak cukup. Kita butuh Pansus untuk melakukan penyelidikan secara komprehensif,” kata Ali dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/12/2021).
Dia menyebut, Pansus Garuda Indonesia bakal melibatkan berbagai komisi mulai dari Komisi III, V, VI, hingga XI DPR. Kolaborasi itu untuk menyelidiki akar permasalahannya secara transparan.
Lebih jauh, Ali menegaskan Pansus Garuda dibentuk semata untuk menyelesaikan sengkarut yang ada. Niat NasDem, kata dia, semata-mata ingin mengembalikan kejayaan Garuda serta kepercayaan dunia terhadap maskapai itu sendiri.
“Ini penting bagi Garuda untuk mengembalikan kepercayaan publik dan dunia,” papar anggota Komisi III DPR itu.
Ali mengklaim, setidaknya saat ini sudah ada tiga fraksi di DPR yang setuju membentuk Pansus Garuda Indonesia. “Paling tidak tiga fraksi sudah diajak bicara dan setuju untuk dilaksanakan Pansus,” katanya.
Namun, Ali belum bisa membeberkan tiga fraksi tersebut. Yang jelas, Fraksi NasDem bakal mengusulkan pembentukan Pansus Garuda Indonesia pada masa sidang mendatang.
“Menurut saya fraksi yang tidak terlibat juga akan mendukung,” ucap Wakil Ketua Umum DPP Partai NasDem ini.
Dia pun berharap ke depan semakin banyak fraksi di DPR yang mendukung dibentuknya Pansus Garuda Indonesia. “Kami melihat permasalahan di Garuda bukan hanya manajemen tapi konspirasi jahat yang dijadikan bancakan kelompok-kelompok tertentu,” kata Ali.
Kasus di Garuda Indonesia Tidak Berdiri Sendiri
Lebih lanjut, Ali juga membeberkan polemik atau permasalahan yang ada di Garuda Indonesia tidak berdiri sendiri dan telah muncul sejak lama.
Dia mencontohkan kasus korupsi yang menjerat mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar. Kemudian pernyataan Rolls Royce yang menyebutkan adanya upaya penyogokan, penyuapan, dan lain-lain.
Masalah lainnya, lanjut Ali, Garuda Indonesia memutus kontrak sewa 12 pesawat Bombardier CRJ 1000. Pemutusan kontrak lantaran biaya sewa dan perawatan yang terlalu mahal.
Tak hanya itu, Garuda Indonesia juga tidak bisa mengoperasikan seluruh unit pesawatnya. Sebab, Pertamina menyetop suplai avtur lantaran Garuda memiliki utang sebesar Rp 16 triliun.
“Kita miris melihat ada maskapai swasta murni begitu berkembang. Tapi Garuda yang sudah melegenda tidak berkembang,” tuturnya.
Bahkan, Ali juga mengutip pernyataan mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Frans Gontha. Peter menyebut adanya dugaan empat perusahaan asing berkongkalikong dengan Garuda Indonesia.
Semua permasalahan ini harus dituntaskan demi nama baik Indonesia di mata dunia. Kepercayaan publik sangat penting bagi maskapai sekelas Garuda Indonesia. Apalagi, Garuda Indonesia sudah dikenal di mancanegara.
“Niatan kita semata-mata ingin mengembalikan Garuda dan menjayakan Garuda serta kepercayaan dunia terhadap maskapai itu sendiri,” ucap Ali menandaskan.
Advertisement