Ternyata Vaksin Jenis Ini Tak Dapat Melindungimu dari Covid-19 Varian Omicron

Ternyata ada jenis vaksin yang tak dapat melindungi dari Covid-19 Varian Omicron

oleh Sulung Lahitani diperbarui 21 Des 2021, 12:32 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Liputan6.com, Jakarta Seiring berjalannya waktu dan varian Omicron terus menyebar, semakin banyak informasi yang tersedia tentang versi terbaru virus dan perbedaannya dari pendahulunya. Studi sekarang menjelaskan lebih banyak kekhawatiran awal tentang Covid-19 varian itu menjadi lebih menular dan apakah itu lebih mungkin menyebabkan penyakit parah pada beberapa orang atau tidak.

Di sisi lain, penelitian baru juga menemukan bahwa beberapa vaksin yang tersedia saat ini tidak mampu melindungi terhadap infeksi Omicron seperti yang mereka miliki terhadap varian sebelumnya.

Studinya

Sebuah studi yang dilakukan oleh Humabs Biomed SA dan University of Washington yang belum ditinjau sejawat membandingkan efektivitas vaksin terhadap Omicron versus seberapa baik mereka dapat melindungi terhadap jenis virus asli.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Hasil penelitian

Ilustrasi vaksin COVID-19 Foto oleh Thirdman dari Pexels

Seperti dilaporkan oleh Reuters, hasil menunjukkan bahwa suntikan dari Johnson & Johnson, vaksin Sputnik V yang dikembangkan di Rusia, dan vaksin Sinopharm yang dikembangkan di China tidak memiliki aktivitas penetral terhadap varian tersebut.

Para peneliti juga menyimpulkan bahwa vaksin yang diproduksi oleh Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca semuanya masih aktif melawan Omicron.

Ini ditemukan terutama pada pasien yang sebelumnya telah terinfeksi virus dan divaksin. Meski demikian, diketahui terdapat penurunan efektivitas yang signifikan dibandingkan dengan versi sebelumnya.

 


Masih adanya risiko

Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)

The New York Times juga melaporkan bahwa hal yang sama terjadi pada Sinovac. Penelitian lain dari Universitas Hong Kong menemukan bahwa tidak ada sampel darah yang diambil dari 25 pasien yang telah menerima Sinovac menghasilkan antibodi yang cukup untuk mencegah infeksi dari Omicron.

Para peneliti masih memperkirakan bahwa mereka yang menerima vaksin kemungkinan berisiko lebih rendah terkena penyakit parah atau kematian akibat virus.

Tetapi karena Sinopharm dan Sinovac secara kolektif membentuk hampir setengah dari vaksin yang telah diberikan kepada populasi global, para ahli menyatakan keprihatinan bahwa perlindungan yang berkurang berarti gelombang infeksi baru dapat terjadi — terutama di negara berkembang di mana sebagian besar vaksin-vaksin tersebut didistribusikan.

 


Hanya gambaran parsial

Sejumlah ilmuwan memperingati di Afrika Selatan muncul virus Corona dengan mutasi luar biasa yang kebal terhadap imunitas dan vaksin. (ilustrasi/Pexels/Anna Shvets)

Para ahli menjelaskan bahwa hasilnya hanya menunjukkan gambaran parsial tentang bagaimana vaksin akan bekerja melawan Omicron karena cara kerja sistem kekebalan tubuh. Selain antibodi, yang sangat penting dalam memberikan garis pertahanan pertama melawan virus, vaksin juga menyebabkan tubuh memproduksi sel T. Untungnya, penelitian telah menunjukkan ini masih bernasib baik dalam kasus varian terbaru.

"Yang pertama hilang dari Anda adalah perlindungan terhadap infeksi ringan tanpa gejala, apa yang Anda pertahankan jauh lebih baik adalah perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian," ujar John Moore, PhD, ahli virologi di Weill Cornell Medicine di New York kepada The Times.

 


Booster vaksin juga membantu

Ilustrasi vaksin (pexels)

Penelitian terbaru juga memberikan jawaban tentatif tentang bagaimana vaksin booster dapat membantu melindungi lebih baik dari virus. Satu studi dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris yang menemukan booster vaksin Pfizer memulihkan perlindungan terhadap infeksi terobosan simptomatik hingga 75 persen terhadap versi virus terbaru.

The Times juga melaporkan bahwa dalam sebuah penelitian yang dirilis pada 20 Desember, Moderna mengatakan bahwa tes laboratorium menemukan dosis booster 50 mikrogram dari vaksinnya meningkatkan kadar antibodi sekitar 37 kali lipat. Penelitian lain yang dirilis dari Pfizer juga menunjukkan harapan bahwa suntikan ketiga dapat membantu mencegah infeksi.

"Set data awal kami yang pertama menunjukkan bahwa dosis ketiga masih dapat menawarkan tingkat perlindungan yang cukup dari penyakit dengan tingkat keparahan apa pun yang disebabkan oleh varian Omicron," tutur Ugur Sahin, MD, CEO Pfizer-BioNTech dalam sebuah pernyataan.

Para ahli masih memiliki kekhawatiran bahwa kurangnya akses ke vaksin gaya mRNA seperti Moderna dan Pfizer yang tampaknya lebih efektif, dapat menciptakan komplikasi serius dalam perang melawan COVID-19. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya