Liputan6.com, Tokyo - Jepang melakukan eksekusi, menggantung tiga terpidana mati pada Selasa (21/12/2020). Ini merupakan eksekusi mati yang pertama dilakukan kembali sejak 2019.
Menurut sumber-sumber pemerintah seperti dikutip dari Japan Times, Menteri Kehakiman Jepang Yoshihisa Furukawa memberikan perintah untuk eksekusi tersebut.
Advertisement
Saat menduduki jabatannya pada Oktober, Furukawa mengatakan hukuman mati tidak dapat dihindari bagi seseorang yang telah melakukan kejahatan keji yang mengakibatkan konsekuensi serius.
Eksekusi tersebut adalah yang pertama sejak 26 Desember 2019, ketika seorang pria Tiongkok yang dijatuhi hukuman mati karena pembunuhan sebuah keluarga beranggotakan empat orang pada 2003 di Prefektur Fukuoka dihukum mati.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Terpidana Mati di Jepang Gugat Pemerintah
Sebelumnya, dua terpidana mati di Jepang mengambil tindakan hukum setelah sistem peradilan pidana negara itu mengumumkan eksekusi pada hari yang sama.
Tahanan yang dijatuhi hukuman mati hanya diberitahu beberapa jam sebelum mereka dieksekusi. Hukuman mati dilakukan dengan cara digantung.
Pengacara mereka berpendapat pemberitahuan singkat seperti itu "sangat tidak manusiawi", kata media lokal sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari BBC, Sabtu 6 November 2021.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah lama mengkritik praktik tersebut, dengan mengatakan itu mempengaruhi kesehatan mental para tahanan.
"Tahanan hukuman mati hidup dalam ketakutan setiap pagi bahwa hari itu akan menjadi yang terakhir," kata pengacara untuk dua terpidana mati Yutaka Ueda, menurut laporan Reuters.
"Pemerintah pusat mengatakan ini dimaksudkan untuk mencegah tahanan menderita sebelum eksekusi mereka, tetapi itu bukan penjelasan. Di luar negeri, tahanan diberi waktu untuk merenungkan akhir hidup mereka dan mempersiapkan mental."
Para tahanan mengajukan gugatan di pengadilan distrik di kota Osaka pada hari Kamis, dalam apa yang diyakini sebagai yang pertama, dengan alasan pemberitahuan singkat tidak memberi mereka waktu untuk mengajukan keberatan.
Mereka telah meminta kompensasi 22 juta yen ($ 193.500, £ 143.000), menurut pengacara mereka.
Ada lebih dari 100 orang yang dijatuhi hukuman mati di Jepang tetapi tidak ada yang dieksekusi selama hampir dua tahun.
Advertisement