Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pernyataan yang berseliweran di media sosial mungkin kerap kita konsumsi seperti, "Jangan vaksin Covid-19, nanti malah sakit", "Covid-19 itu enggak ada, itu konspirasi", "Ada microchip lho di dalam vaksin".
Anehnya, berita seperti ini masih saja disebarluaskan padahal kebenarannya saja belum dicari tahu terlebih dahulu. Tentunya, kita tidak mau menjadi salah salah satu penyebar berita bohong yang dapat menyesatkan opini publik. Melansir pendapat Vasilis K Pozios, MD., DFAPA, hoaks berdampak pada kesehatan mental karena dapat menimbulkan perasaan marah bahkan depresi.
Advertisement
Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax (MIAH), Septiaji Eko Nugroho, mengatakan bahwa hoaks sudah menyebar dan menimbulkan keresahan di masyarakat, bahkan sampai menimbulkan kepanikan. Seperti kepanikan yang melanda masyarakat berbondong-bondong membeli susu merk tertentu yang disebut-sebut dapat menyembuhkan Covid-19.
Namun, ternyata menjadi stres, kesal, panik, dan marah akibat berita hoaks menjadi pilihan kita. Apabila kita sadar bahwa semuanya itu berdampak negatif bagi diri, hendaknya kira hindari saja. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia mengatakan bahwa membatasi perolehan informasi secara berlebihan dari berita-berita yang belum diketahui kebenarannya dapat membantu menjaga kesehatan jiwa di tengah pandemi seperti saat ini.
Simak video pilihan berikut ini:
Langkah-Langkah Identifikasi Hoaks Versi MAFINDO
Memutuskan untuk lebih selektif memilih artikel yang hendak dibaca dapat menerapkan langkah-langkah identifikasi hoaks versi MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) sebagai berikut:
Selektif memilih mulai dari judul berita yang cenderung provokatif
Salah satu contoh judul yang cenderung provokatif yakni menudingkan jari ke pihak tertentu. Bila membaca judul berita atau informasi seperti ini dan kita tetap ingin membacanya maka kita perlu mencari informasi lain dengan menggunakan kata kunci yang ada pada judul tersebut.
Jika hasil pencarian merujuk pada situs-situs yang jelas kredibilitasnya, salah satunya Liputan6.com baru kemudian kita bisa lanjutkan membaca dan memercayai informasi tersebut.
Memperhatikan alamat situs web. Beberapa waktu lalu, Kominfo merilis situs-situs yang jelas kredibilitasnya, salah satunya yakni Liputan6.com. Informasi semacam itu laik diperhatikan dengan saksama dan membatasi diri dari informasi yang disebarkan oleh situs yang tidak termasuk dalam jangkauan Kominfo.
Membedakan antara fakta dan opini
Menurut KBBI, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Sedangkan opini, menurut KBBI, adalah pendapat, pikiran, pendirian. Makna opini menunjukkan kecenderungan bersifat subjektif.
Berdasarkan dua makna tersebut, kita bisa lebih selektif memilih membaca berita yang di dalamnya berisi seputar fakta. Kalaupun berita tersebut berisi opini seseorang, paling tidak dilengkapi dengan fakta misalnya beberapa hasil riset, studi, kumpulan data, dan sebagainya.
Cek keaslian foto
Foto adalah salah satu bagian penting dalam sebuah berita atau informasi. Foto seringkali digunakan untuk menguatkan berita. Oleh sebab itu, tak jarang pula ditemukan penyalahgunaan foto. Seharusnya foto A digunakan untuk bahasan soal A, namun ternyata digunakan untuk bahasan soal B.
Adapun cara untuk mengidentifikasi keaslian foto, menurut Mafindo, adalah dengan dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Mafindo menyebutkan beberapa grup diskusi anti-hoax yang bisa diikuti yakni Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Semoga dengan mengikuti 5 cara tersebut akan menghindarkan kita agar tak jadi korban yang tergerus kesehatan mentalnya akibat memercayai berita hoaks.
Inda S - Jembrana, Komunitas Blogger Bali
Advertisement