Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara secara resmi merayakan Hari Ibu pada 16 November. Negara yang dikendalikan Dinasti Kim itu pertama kali merayakan hari tersebut ketika Kim Jong-un mulai berkuasa di 2011.
Namun, pada 2017 ada laporan bahwa Hari Ibu di Korea Utara justru dikekang. Contoh yang dikekang adalah tulisan "aku menyayangimu" kepada Ibu, sebab dianggap bisa mengurangi rasa hormat kepada rezim Kim.
Advertisement
Sebagaimana hari tersebut semakin populer, toko-toko milik negara, dan merchant-merchant lain mulai menawarkan berbagai jenis susunan bunga. Tetapi, rezim telah mulai membatasi praktek memasang pita-pita yang menunjukkan 'terima kasih' atau 'aku menyayangimu," ujar seorang sumber yang dikutip Daily NK pada 2017.
Akibatnya, muncul sentimen negatif terhadap masyarakat yang dianggap patriarkis.
"Orang-orang mulai bilang bahwa di Korea Utara ada ayah tapi tidak ada ibu," kata sumber yang berasal dari Provinsi Pyongan Selatan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warga Tetap Antusias
Meski ada restriksi, Daily NK menyebut masyarakat Korut antusias merayakan Hari Ibu. Barang-barang yang populer di antaranya pakaian, cermin, kaus kaki, dan sarung tangan.
Bunga-bunga juga menjadi pilihan bagi masyarakat untuk merayakan Hari Ibu.
Pada November lalu, Yonhap melaporkan bahwa warga meletakan bunga-bunga di depan patun Kim Il-sung dan Kim Jong-il di Bukti Mansudae, Pyongyang.
Penghormatan terhadap mendiang kedua pemimpin itu bertepatan dengan Hari Ibu di Korea Uara.
Advertisement