Kaleidoskop News 2021: Tragedi Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menambah daftar kelam dunia penerbangan di Tanah Air. Tragedi itu terjadi di awal lembaran tahun 2021.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 23 Des 2021, 12:00 WIB
Banner Infografis Pesawat Sriwijaya Air Jatuh. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 belum lekang dari ingatan. Peristiwa duka itu terjadi di awal lembaran tahun 2021.

Tepat pada 9 Januari 2021 pukul 14.44 WIB, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 itu dinyatakan hilang kontak sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 WIB.

Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak itu diperkirakan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.

Pesawat jenis Boeing 737-500 itu mengangkut 62 orang terdiri dari 12 kru pesawat, 40 penumpang dewasa, 7 orang anak, dan 3 bayi. Tak ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan penerbangan Tanah Air ini.

Berikut kronologi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, seperti dirangkum Liputan6.com dalam Kaleidoskop News 2021:


Detik-Detik Pesawat Hilang Kontak

Pasukan Kopaska melakukan pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute Jakarta-Pontianak mengalami hilang kontak setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 14.44 WIB atau sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 WIB. Pesawat rute Jakarta-Pontianak itu diperkirakan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Catatan Liputan6.com, pilot sempat meminta izin naik dari ketinggian 1.700 ke 29.000 kaki pada pukul 14.37 WIB, namun 3 menit kemudian, menara kendali penerbangan atau ATC di Jakarta melihat arah penerbangan pesawat tersebut berbelok pada pukul 14.40 WIB.

Beberapa detik kemudian, pesawat hilang dari radar. Pada pukul 14.44 WIB, pesawat dinyatakan hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Meski demikian, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena memastikan bahwa kondisi pesawat dengan kode registrari PK-CLC itu dalam keadaan baik dan laik terbang sebelum lepas landas.

"Kondisi pesawat dalam keadaan sehat, karena ini adalah rute kedua pesawat ini, sebelumnya Pontianak-Jakarta, informasi maintenance semua lancar," ungkapnya.

Jeff menceritakan, pemberangkatan pesawat SJ 182 menuju Pontianak memang sempat delay atau terlambat terbang selama 30 menit.

Menurut dia, keterlambatan penerbangan pesawat Sriwijaya Air rute Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang menuju Bandara Supadio, Pontianak ini karena faktor cuaca.

"Memang sempat ada delay 30 menit karena faktor cuaca," ungkap Jeff.

Infografis Pesawat Sriwijaya Air Jatuh. (Liputan6.com/Abdillah)

Saat itu, hujan sangat deras, maskapai mengkhawatirkan akan membuat penerbangan terganggu. Oleh karena itu, ditunda 30 menit dari jadwal semestinya.

Tak lama setelah hilang kontak, berbagai kesaksian bermunculan terkait hilangnya pesawat Sriwijaya Air tersebut. Warga dan nelayan di Kepulauan Seribu mengaku sempat mendengar bunyi dentuman yang sangat kencang.

Namun mereka tidak mengetahui pasti sumber bunyi itu berasal dari pesawat yang hilang kontak, sebab saat itu sedang hujan deras. Warga menyangka itu suara petir.

Hilang kontaknya maskapai tersebut juga diendus oleh laman Flightradar24. Berdasarkan data Flightradar24, pesawat hilang kontak empat menit setelah lepas landas dari Jakarta.

"Penerbangan Sriwijaya Air SJ182 kehilangan ketinggian lebih dari 10 ribu kaki dalam waktu kurang dari satu menit, sekitar empat menit setelah keberangkatan dari Jakarta," tulis Flighrtradar24 via Twitter.


Titik Terang

Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan identifikasi pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/1/2021). Tim SAR resmi menutup operasi pencarian dan evakuasi korban Sriwijaya Air SJ 182 pada hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Setelah dinyatakan hilang kontak, pemerintah langsung mengerahkan semua kemampuannya untuk melacak keberadaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Pemerintah menggandeng berbagai pihak seperti Basarnas, KNKT, TNI, termasuk bantuan dari Badan Keselamatan Amerika Serikat atau National Transportation Safety Board (NTSB).

Titik terang pun mulai didapat di hari pertama pencarian, seperti penemuan sejumlah serpihan yang diduga dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 oleh Kapal Patroli Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Kapten Kapal Trisula Eko Surya Hadi menyatakan, serpihan tersebut dilaporkan dari para petugas dan sejumlah warga yang ikut serta dalam peninjauan lokasi yang diduga jadi titik jatuhnya pesawat di Kepulauan Seribu.

"(Ditemukan di kawasan) Pulau Lancang beberapa serpihan daripada pesawat tersebut, seperti life jacket, avtur, ada ditemukan pula mungkin bagian tubuh dari manusia," kata Eko.

Selain itu, lanjut dia, para petugas dan warga juga menemukan kabel-kabel yang diduga milik pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Kabel ditemukan kira-kira pukul 15.00 WIB.

Petugas berjalan melintasi puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (21/1/2021). Tim SAR resmi menutup operasi pencarian dan evakuasi korban Sriwijaya Air SJ 182 pada hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Posko pencarian ditempatkan di Terminal JICT 2 Tanjung Priok Jakarta Utara. Semua benda diduga terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang ditemukan dari perairan dievakuasi dan dikumpulkan di Posko Terminal JICT 2.

Meski koordinat lokasi jatuhnya pesawat telah ditentukan, proses pencarian besar-besaran yang dilakukan berbagai instansi tidak berjalan mudah. Operasi kemanusiaan itu beberapa kali terkendala kondisi cuaca buruk.

Meski begitu, satu demi satu puing dan serpihan pesawat terus ditemukan, termasuk potongan tubuh yang diyakini adalah bagian dari penumpang Sriwijaya Air SJ 182 yang menjadi korban.

Selama 13 hari masa pencarian dengan pengerahan 4.300 personel gabungan, total ada sebanyak 324 kantong jenazah, 64 kantong serpihan kecil pesawat, dan 54 bagian besar pesawat yang berhasil ditemukan.

"43 jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi dari total 62 penumpang pesawat, sebanyak 32 di antaranya sudah teridentifikasi dan dikembalikan kepada keluarga," kata Menteri Perhbungan (Menhub) Budi Karya saat menutup masa pencarian, Kamis 21 Januari 2021.


Penemuan Black Box Pesawat

Kondisi Black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu diperlihatkan di Dermaga JICT, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Meski FDR sudah ditemukan, namun Cockpit Voice Recorder (CVR) masih dalam proses pencarian. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berhasil ditemukan pada Selasa, 12 Januari 2021, sekitar pukul 16.00 WIB. Kotak hitam itu merupakan salah satu komponen penting yang harus ditemukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan.

Komponen black box yang ditemukan lebih dulu yakni Flight Data Recorder (FDR). "FDR sudah ditemukan," ujar Panglima TNI Hadi Tjahjanto, di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Seperti diketahui, black box terdiri atas 2 bagian yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). 

Selain FDR, tim penyelam juga menemukan pecahan lain dari black box Sriwijaya Air. Pecahan itu adalah bagian dari FDR dan Cockpit Voice Recorder (CVR). 

"Artinya 1 lagi CVR masih perlu dicari tanpa bantuan pengirim sinyal tersebut. Kami meyakini karena semua pengirim sinyal CVR juga ditemukan di lokasi itu, maka kami yakin akan ditemukan di lokasi tersebut," kata Panglima TNI Hadi.

Temuan tersebut langsung diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diinvestigasi. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya telah berhasil mengunduh FDR dari pesawat Sriwijaya Air.

"Ada 330 parameter dan semuanya dalam kondisi baik. Saat ini sedang kita pelajari," ujarnya di Jakarta, Jumat 15 Januari 2021

Berdasarkan data ADS-B dan wreckage engine, kedua mesin pesawat masih beroperasi atau sampai pesawat membentur air. Temuan KNKT dari data FDR telah mengkonfirmasi data ADS-B dan wreckage engine tersebut.

Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memeriksa bagian turbin pesawat Sriwijaya Air dihari kelima yang jatuh di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Hingga operasi pencarian Sriwijaya Air SJ 182 ditutup pada 21 Januari 2021, CVR blacx box pesawat masih belum ditemukan. Namun begitu, tim KNKT tetap bekerja mencari benda tersebut di perairan Kepulauan Seribu.

Perjuangan panjang akhirnya menemukan hasil. Setelah mengubah metode pencarian, CVR akhirnya berhasil ditemukan pada Selasa, 30 Maret 2021. Selanjutnya CVR akan dibawa ke laboratorium untuk mendapatkan data. Proses ini memerlukan waktu tiga hari sampai satu minggu.

"Setelah itu akan kami lihat, bikin transkrip, untuk dicocokkan dengan FDR, apa yang terjadi di dalam kokpit. Sehingga kita bisa menganalisa kenapa data dari FDR seperti ini dan bagaimana situasi di kokpit? Tanpa CVR memang dalam kasus Sriwijaya Air ini akan sulit mengetahui penyebab (jatuhnya),” kata Soerjanto.

Hasilnya investigasi sementara, ditemukan beberapa fakta seperti mesin pesawat yan masih hidup sebelum burung besi itu membentur air. Hal itu juga diketahui dari temuan turbin pesawat yang rontok.

Hingga saat ini, KNKT belum juga menyampaikan hasil laporan investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182. KNKT menargetkan, investigasi kecelakaan pesawat ini rampung pada pertengahan 2022 mendatang. 


Tabur Bunga dan Santunan

Kesedihan keluarga korban saat prosesi tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2020). Tabur bunga diikuti perwakilan keluarga korban, tim manajemen Sriwijaya Air, regulator, hingga Tim SAR. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Duka tak bisa dihindari, musibah harus terjadi. Kecelakaan Pesawat Sriwijaya SJ 182 menjadi catatan kelam penerbangan di Indonesia.

Menjawab itu semua, pemerintah mengaku terus memperbaiki standar prosedur penerbangan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

Kepada mereka yang ditinggalkan, pemerintah menjawabnya dengan tanggung jawab berupa santunan.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan Pemerintah melalui Jasa Raharja telah menyerahkan santunan kecelakaan Rp 50 juta untuk 36 orang Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang diberikan kepada masing-masing ahli waris korban.

“Secara paralel Sriwijaya telah menyiapkan penyerahan uang asuransi sebesar Rp 1,2 miliar per penumpang kepada ahli waris. Setelah keluarga korban melengkapi surat yang menunjukkan ahli waris yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat,” kata Menhub Budi dalam Meninjau Posko Darurat Evakuasi Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Rabu 20 Januari 2021.

Suasana doa bersama dan tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2020). Tabur bunga diikuti perwakilan keluarga korban penumpang dan awak pesawat, tim manajemen Sriwijaya Air, regulator hingga Tim SAR (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain santunan, penghormatan terakhir dilakukan dengan mengirim doa lewat aksi tabur bunga. Hal itu dilakukan dengan mengajak turut serta keluarga korban menuju titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Pulau Lancang menggunakan KRI Semarang, Jumat 22 Januari 2021.

"Kami berharap keluarga korban mendapat ketabahan menghadapi cobaan ini, dan korban meninggal diberikan tempat di sisi-Nya," ucap Budi menutup.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya