Negara Ini Ingin Bayar Utang dengan Teh

Sri Lanka mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, yang diperparah dengan hilangnya pendapatan turis selama pandemi COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Des 2021, 18:51 WIB
Ilustrasi kebun teh (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sri Lanka berencana untuk melunasi utang impor minyaknya dengan Iran dalam bentuk teh. Nilai utang Sri Lanka mencapai USD 251 juta.

Dikutip dari BBC, Kamis (23/12/2021) Menteri Perkebunan Sri Lanka, Ramesh Pathirana mengatakan negaranya berencana mengirim teh senilai USD 5 juta Ke Iran setiap bulan untuk melunasi utang sebesar USD 251 juta.

"Kami berharap dapat mengirim teh senilai USD 5 juta setiap bulan untuk pembayaran ke Iran atas pembelian minyak - tertunda sejak empat tahun terakhir," kata Pathirana kepada kantor berita Reuters.

Diketahui, Sri Lanka mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, yang diperparah dengan hilangnya pendapatan turis selama pandemi COVID-19.

Seorang anggota dewan teh negara itu mengatakan ini adalah pertama kalinya teh dibarter untuk melunasi utang luar negeri.

Pathirana menjelaskan, metode pembayaran tersebut tidak akan melanggar sanksi PBB atau AS, karena teh dikategorikan sebagai makanan atas dasar kemanusiaan, dan tidak ada bank Iran yang masuk daftar hitam yang akan terlibat.

"Skema yang direkomendasikan akan menghemat mata uang asing yang sangat dibutuhkan Sri Lanka karena penyelesaian ke Iran akan dilakukan dalam rupee Sri Lanka melalui penjualan Teh Ceylon," jelas Kementerian Perkebunan negara itu.


Risiko Tidak Dapat Untung

Sebagian ibu-ibu warga Kabupaten Kerinci di kaki Gunung Kerinci adalah pemetik teh peninggalan Belanda yang kini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). (Liputan6.com/B Santoso)

Namun, juru bicara Asosiasi Pekebun Teh Ceylon di Sri Lanka, yang mencakup semua perusahaan perkebunan besar di negara itu, mengatakan mode transaksi ini adalah "solusi plester (yang menempel) oleh pemerintah".

"Itu belum tentu menguntungkan eksportir karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," ujar Roshan Rajadurai.

Sri Lanka dilaporkan harus membayar utang sekitar USD 4,5 tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai USD 500 juta pada Januari 2022.

Namun, cadangan devisa negara itu menyusut menjadi USD 1,6 miliar pada akhir November 2021, menurut data terbaru dari bank sentral.

Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya yakin dapat "dengan mulus" membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada 2022.

Sri Lanka menghasilkan sekitar 340 juta kg teh setiap tahun.

Tahun lalu, negara tersebut mengekspor 265,5 juta kg teh, dengan pendapatan USD 1,24 miliar pada 2020.

Hampir 5 persen penduduk Sri Lanka bekerja di industri bernilai miliaran dolar tersebut, memetik daun di lereng gunung dan mengolah teh di pabrik perkebunan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya