Liputan6.com, Jakarta - Muktamar ke-34 Nadlatul Ulama (NU) yang digelar di Universitas Lampung, Bandar Lampung, akhirnya selesai pada Jumat (24/12/2021) dini hari tadi. Rais Aam pun sudah terpilih.
KH Miftachul Akhyar menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026. Terpilihnya Kiai Mif, begitu ia biasa disapa, melalui musyawarah sembilan anggota Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA).
Baca Juga
Advertisement
Kesembilan anggota AHWA sepakat memilih KH Miftachul Akhyar untuk kembali menjabat. Sebelumnya pemilik Pondok Pesantren Miftachul Sunnah, Surabaya menggantikan Ma'ruf Amin yang mengundurkan diri karena menjadi calon Wakil Presiden saat itu.
Seperti apa sosok KH Miftachul Akhyar? Berikut ini rangkumannya yang diambil dari berbagai sumber, Jumat (24/12/2021).
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Anak ke-9
KH Miftachul Akhyar dilahirkan pada 30 Juni 1953 di Surabaya, Jawa Timur. Ia menjadi anak kesembilan dari 13 bersaudara. Ayahnya, KH Abdul Ghoni, merupakan pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, Surabaya.
Advertisement
Jadi Santri di Beberapa Pesantren
Hidup di lingkungan pesantren, membuat KH Miftachul Akhyar haus akan ilmu agama. Untuk itu, ia pun mengecap ilmu di beberapa pesantren.
Pria berusia 68 tahun ini pernah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang. Juga pernah di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. Ia kembali nyantri di Pondok Pesantren AL-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah.
Majelis Taklim
Tak hanya itu, Kiai Mif juga pernah mengikuti majelis taklim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki AL Maliki di Malang. Saat itu, sang pemilik majelis taklim masih mengajar di Indonesia.
Advertisement
Pengurus
KH Miftachul sempat menjadi pengurus NU, baik di tingkat wilayah maupun Nasional. Ia pernah menjadi Rais Syuriyah PCNU Surabaya, pada 2000-2005.
Dua periode berturut-turut, ia menjabat sebagai Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur yaitu pada 2007- 2013 dan 2013-2018.
Menolak
Walau sudah sering menjabat sebagai Rais, namun ia sempat menolak saat ditawari jabatan tertinggi di NU yaitu Rais Aam. Ia diminta Ma'ruf Amin untuk menjadi wakilnya masa khidmat 2015-2020.
"Setelah dua kali di pertengahan, saya diminta oleh Kiai Ma'ruf untuk menjadi wakil Rais Aam. Saya menolak. Mulai jadi Surabaya, PCNU, PWNU dan diminta (PBNU) saya itu selalu menolak," ungkapnya.
Advertisement
Bersyukur
Satu hal yang selalu diingatkan KH Miftachul Akhyar, kepada umat Islam yaitu pentingnya mensyukuri sesuatu dari hal yang kecil. Sesuatu yang besar sejatinya bermula dari yang kecil.
Ditambahkan, bila seseorang sudah pandai mensyukuri hal kecil itu akan menyempurnakan nikmat bersyukur.
Kiai menerangkan seseorang yang tidak mensyukuri wasilah atas sampainya sebuah nikmat kepadanya orang tersebut sama halnya dengan tidak bersyukur kepada Allah.