WHO Ingin Akhiri COVID-19 di 2022, Ini Reaksi Ilmuwan China

Ahli medis di China masih ragu-ragu terhadap ambisi WHO untuk akhiri COVID-19 di 2022.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Des 2021, 12:31 WIB
Seorang wanita melihat orang-orang yang berbaris untuk pengujian massal COVID-19 di Beijing, China, Jumat (22/1/2021). Beijing memerintahkan pengujian COVID-19 untuk sekitar dua juta orang menyusul kasus baru. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan agar masyarakat hati-hati terhadap penyebaran varian Omicron dari COVID-19. Ia berkata lebih baik acara yang batal ketimbang nyawa yang batal.

Dr. Tedros juga mengirimkan pesan agar 2022 menjadi akhir dari pandemi COVID-19.

Ilmuwan di China merespons ajakan tersebut dengan abu-abu. Ada yang optimistis, ada pula yang pesimistis.

Profesor biomedis dari University of Hong Kong, Jin Dongyan, berkata saat ini adalah "awal dari akhir" untuk pandemi. Ia menyebut ada harapan untuk mengakhiri pandemi di 2022.

Berdasarkan laporan media pemerintah China, Global Times, Jin Dongyan menyorot masalah vaksin yang merata.

"Sebuah hal yang paling penting adalah agar WHO bisa benar-benar memainkan peran terdepan dalam prasyarat-prasyarat kritis seperti menghakhiri ketimpangan vaksin, dan meneliti vaksin-vaksin dan obat-obatan baru," ujarnya, dikutip Jumat (24/12/2021).

Jin juga menjelaskan bahwa bukti-bukti terkini menunjukkan bahwa varian-varian memiliki daya infeksi yang kuat, tetapi tidak terlalu mematikan. Ia mencontohkan Omicron yang lebih cepat menyebar ketimbang Delta, tetapi tak memicu kematian lebih banyak.

Lebih lanjut, Jin Dongyan menyorot pentingnya vaksinasi, herd immunity, serta koordinasi WHO dengan anggota-anggotanya dalam memantau perkembangan COVID-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pesimisme

Para komuter yang mengenakan masker untuk melindungi diri dari COVID-19 menyeberang jalan di Beijing, China, Rabu (15/12/2021). China mendeteksi kasus kedua varian omicron pada seorang pria berusia 67 tahun yang dinyatakan positif setelah lebih dari dua minggu karantina. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Lu Hongzhou yang merupakan anggota komite nasional penyakit menular di China, berkata mengakhiri pandemi harus menggunakan cara ilmiah dan teknologi, seperti vaksin yang lebih efektif.

Pandangan yang relatif pesimis datang dari seorang pakar imun di Beijing. Pasalnya, belum ada vaksin yang efektif.

Pakar imun yang identitasnya tak ingin diungkap itu menyebut tak ada bukti bahwa ada akhir dari pandemi ini akibat belum adanya vaksin yang sangat efektif, dan varian-variannya terus bermutasi.

"Bahkan jika WHO mendeklarasikan akhir pandemi tahun depan, itu lebih mengakhirinya secara politis ketimbang biologis," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Infografis COVID-19:

Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya