Pengguna WhatsApp Diminta Waspada, Banyak Penipuan Demi Curi Informasi Login

Para pengguna WhatsApp diminta untuk selalu berhati-hati, pasalnya ada banyak penipuan yang memanfaatkan nama mereka untuk mendapatkan informasi login pengguna melalui phishing.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 25 Des 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi cara kunci WhatsApp (Sumber:Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Para pengguna WhatsApp kembali diperingatkan atas maraknya situs web yang meniru layanan pesan populer ini untuk mencuri informasi login.

Pihak Whatsapp menyebut, upaya penipuan ini sebagai 'ancaman yang harus diwaspadai oleh semua pengguna.'

Mengutip laman Cnet, Sabtu (25/12/2021), Meta sebagai induk WhatsApp menyebut lebih dari 39.000 situs web palsu menyamar sebagai laman login Facebook, Messenger, Instagram, dan WhatsApp. Laman yang dimaksudkan untuk phishing ini berupaya mencuri informasi pengguna.

Para penipu menggunakan WhatsApp untuk menuntun korbannya ke website palsu yang terlihat seperti website asli. Penipu juga menggunakan Facebook, Instagram, dan Messenger untuk mengelabui korban.

Sementara laporan dari laman Good To Know menyebut, pengguna WhatsApp, terutama yang ada di Inggris belum lama ini diperingatkan untuk berhati-hati setelah penipuan pesan teks yang mengaku sebagai Royal Mail.

Pesan tersebut memikat konsumen yang tengah menunggu kiriman paket untuk memberikan informasi perbankan mereka.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pastikan Selalu Perhatian Keaslian Email

Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan. Adem AY/Unsplash

Meta selaku induk WhatsApp cs kini juga mengambil langkah hukum terhadap para penjahat yang memakai nama produknya untuk penipuan.

Meta mengajukan gugatan hukum dalam upaya untuk menghentikan penjahat dunia maya memanfaatkan nama besar perusahaannya.

Sementara itu, belum lama ini, seorang ibu di Bedford, Inggris, mem-posting di Facebook cerita seorang penipu yang berpura-pura sebagai putrinya di WhatsApp, agar bisa mendapatkan uang.

Menanggapi hal ini, Facebook menyebut, semua email resmi yang dikirimkan pihaknya ke pengguna selalu berasal dari domain fb.com, facebook.com, atau facebookmail.com.

"Jika Anda menerima email atau pesan aneh dari Facebook, WhatsApp, atau Instagram, jangan buka link apa atau lampiran apa pun," kata peringatan tersebut.


Meta Gugat Penjahat Siber yang Catut Nama Produknya

Facebook meluncurkan tanda Meta baru mereka di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Kamis, 28 Oktober 2021. Facebook Inc. yang diperangi mengubah namanya menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta, untuk mencerminkan apa yang CEO Mark Zuckerberg mengatakan komitmennya untuk mengembangkan t

Sebelumnya, Meta mengambil langkah hukum terhadap penjahat yang menggunakan nama Facebook, Messenger, WhatsApp, dan Instagram untuk melancarkan aksi phishing ke pengguna.

Perusahaan mengklaim, sejak 2019, terdakwa membuat lebih dari 39.000 situs web dalam upaya mereplikasi layanan Meta. Kemudian, para pelaku menipu pengguna dan mengumpulkan informasi login mereka.

Dalam unggahan blognya, Meta menjelaskan, para penipu menggunakan layanan relay, Ngrok, untuk mengirim lalu lintas internet ke halaman login palsu yang dibuat sembari menyembunyikan identitas dan lokasinya.

Mengutip The Verge, Selasa (21/12/2021), pengguna yang mengklik link phishing tersebut dibawa ke halaman login yang menyerupai Facebook, Instagram, Messenger, dan WhatsApp. Ketika korban mencoba masuk, para penipu akan mengumpulkan nama pengguna dan kata sandi korbannya.

Meta memperhatikan, serangan ini mulai meningkat pada Maret tahun 2021 ini dan bekerja dengan Ngrok untuk menangguhkan URL yang digunakan oleh pelaku kejahatan.

Salinan dokumen yang diperoleh The Verge memperlihatkan, gugatan Meta tidak hanya menyangkut serangan phishing tetapi juga menimbulkan masalah dengan pelanggaran hak cipta.

Para penipu diduga menggunakan logo dan nama merek dagang perusahaan di halaman login palsu untuk menyesatkan pengguna dalam serangan phishing.

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya