Liputan6.com, Jakarta - Pertengahan tahun hingga akhir, COVID-19 masih jadi topik utama pemberitaan di kanal Health-Liputan6.com. Mulai dari ledakan kasus COVID-19 beberapa pekan usai Lebaran lalu muncul beberapa mutasi dari virus SARS-CoV-2 termasuk Omicron.
Di luar itu ada juga soal vaksinasi COVID-19 berbayar hingga kaburnya Rachel Vennya dari karantina usai menghadiri sebuah acara di Amerika Serikat menyita perhatian publik pada tahun ini.
Berikut kaleidoskop Health Liputan6.com Juli hingga Desember 2021.
Juli:
1. Ledakan Kasus COVID-19, Buah Pahit Tingginya Mobilitas Masyarakat Abai Prokes
Tidak ada yang mau mengulang kejadian di Juli 2021, di mana kasus COVID-19 meningkat tajam. Pada saat itu, kasus harian COVID-19 bisa mencapai 45 ribu bahkan 50 ribu. Seperti pada 14 Juli 2021 terdapat penambahan 54.517 kasus COVID-19.
Saat itu, rumah sakit Indonesia hampir kolaps menangani pasien yang ada. Daya tampung rumah sakit di Indonesia adalah 600 ribu pasien COVID-19. Sementara saat itu sudah lebih dari 500 ribu kasus aktif COVID-19.
Dalam evaluasi mengenai apa yang terjadi saat Juli 2021, Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan bahwa faktor internal penyebab kenaikan kasus dan penyebaran virus saat itu karena meningkatnya mobilitas dan aktivitas masyarakat. Hal itu bersamaan dengan periode mudik Idulfitri disertai sikap abai terhadap protokol kesehatan. Hal ini disampaikan Wiku pada 21 September 2021.
2. Vaksinasi Berbayar, Awal Mula Muncul hingga Akhirnya Batal
Di pertengahan Juli 2022 PT Kimia Farma Tbk mengatakan bakal menyediakan Vaksinasi Gotong Royong Individu alias vaksinasi berbayar menggunakan Sinopharm. Pada saat itu, rencananya hal ini bakal digelar pada 12 Juli 2021 dengan biaya Rp879.140 ribu untuk dua dosis vaksin Sinopharm.
Namun, ketika hari H tiba, hal tersebut diundur hingga waktu yang tidak bisa ditetapkan. Penundaan pemberian vaksinasi berbayar lantaran banyak pihak lontarkan kritik terkait hal ini.
Salah satu kritik datang dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang menilai kebjiakan tersebut tidak etis di tengah darurat COVID-19. Epidemiolog Dicky Budiman juga mengatakan keberatan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaksetaraan dan diskriminasi pada masyarakat seperti disampaikannya pada 12 Juli 2021.
Lalu, pada 16 Juli 2021, pemerintah membatalkan program vaksinasi COVID-19 berbayar.
Baca Juga
Kaleidoskop Health 2021: Suntikan Pertama Vaksin COVID-19 hingga Geger Alat Tes Antigen Bekas
Kaleidoskop Lifestyle 2021 (Bagian II): Menu Makanan Selama Karantina di Wisma Atlet Pademangan sampai Batalnya PPKM Level 3 Saat Nataru
Kaleidoskop 2021: Lawan Covid-19, Deretan Bansos yang Disalurkan selama PPKM
Advertisement
3. Vaksinasi Anak 12-17 Tahun Dimulai
Vaksinasi COVID-19 untuk anak berusia 12+ sudah bisa dimulai per 1 Juli 2021. Dimulainya vaksinasi umur ini berdasarkan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Vaksin yang digunakan adalah Sinovac berdasarkan rekomendasi BPOM. Lewat vaksinasi COVID-19 bisa memberikan perlindungan bagi anak 12 tahun ke atas bila terpapar virus SARS-CoV-2.
Agustus: Kematian COVID-19 Anak hingga Polemik Vaksin Nusantara
1. Kematian COVID-19 Anak Naik
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyebut, kasus COVID-19 pada anak naik sebesar 2 persen. Pada Juli 2021, kasus COVID-19 pada anak masih 13 persen lalu pada Agustus menjadi 15 persen.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyampaikan bahwa penanganan atas kenaikan kasus anak ini perlu dilakukan. Mulai dari peningkatan protokol kesehatan (prokes) anak hingga lindungi anak dari kerumunan publik.
“Tentunya prokes pada anak harus ditingkatkan, anak-anak jangan dibiarkan terpapar dengan risiko penularan di tempat publik,” ujar Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, pada Selasa, 31 Agustus 2021.
2. Polemik Vaksin Nusantara
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengembangkan vaksin Nusantara dalam menghadapi COVID-19. Namun, vaksin ini menuai pro kontara karena mekanismenya tidak seperti vaksin pada umumnya.
Terkait ini Siti Nadia angkat bicara bahwa vaksin Nusantara tidak bisa dikomersialkan karena bersifat individual atau autologus.
"Sel dendritik bersifat autologus artinya dari materi yang digunakan dari diri kita sendiri dan untuk diri kita sendiri, sehingga tidak bisa digunakan untuk orang lain. Jadi produknya hanya bisa dipergunakan untuk diri pasien sendiri," tambahnya.
Advertisement
September: Vaksin Karya Anak Bangsa Siap Uji Klinis ke Manusia
Titik cerah kehadiran vaksin COVID-19 buatan anak bangsa alias Vaksin Merah Putih mulai terlihat. Vaksin Merah Putih yang digarap Universitas Airlangga dan Biotis, saat ini yang paling memperlihatkan titik cerah.
Vaksin yang digarap dengan platform whole genome inactivated saat ini sudah selesai uji praklinik fase 1 dan hampir selesai uji praklinik fase 2 seperti disampaikan Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman.
"Uji praklinik fase 2 sekarang sedang berjalan dan diharapkan akhir bulan ini, 30 September selesai dilakukan," ujar Sudirman saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Komisi VII DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Setelah uji praklinik fase 2 selesai, selanjutnya, persiapan proses uji klinik yakni dilakukan pada manusia dalam waktu dekat.
"Kami berharap paling lambat bulan Juli 2022, vaksin kami sudah bisa dipakai oleh masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Oktober: Rachel Vennya Kabur dari Karantina
1. Rachel Vennya Mangkir Karantina
Selebgram Rachel Vennya tidak mengikuti aturan karantina kesehatan setelah pulang dari Amerika Serikat. Ibu dua anak ini mengaku tidak menjalani karantina sesuai aturan berlaku dengan alasan rindu anak.
"Betul, aku pulang dari Amerika dan enggak menjalani karantina seperti yang seharusnya pemerintah anjurkan," ucap selebgram terkenal itu dalam video bersama Boy William diunggah pada 18 Oktober 2021.
Kasus bermula saat ia tiba dari New York, Amerika Serikat pada Oktober. Ia tidak menjalani karantina kesehatan dengan biaya sendiri malah menjalani karantina di RS Darurat Wisma Atlet yang peruntukan sebenarnya adalah untuk pekerja migran Indonesia, pelajar dari luar negeri, dan Aparatur Sipil Negara yang baru bertugas di luar negeri.
Di sana ia hanya jalani karantina tiga hari, padahal aturan masa karantina menurut Surat Edaran Satgas COVID-19 saat itu seharusnya 8 hari.
Dalam upaya kabur dari karantina, Rachel diduga dibantu oleh anggota TNI.
Aksi Rachel kabur dari karantina jadi sorotan, mengingat karantina kesehatan adalah upaya yang wajib dilakukan di tengah situasi pandemi saat ini.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pun sampai angkat bicara. Ia mengatakan apa yang dilakukan Rachel adalah tindakan egois.
"Harusnya dia segera masuk karantina lagi, dan dihukum supaya jangan melanggar lagi," terang Menkes Budi Gunadi di sela-sela peninjauan vaksinasi COVID-19 masyarakat Baduy di Ciboleger, Kabupaten Lebak, Banten pada Kamis, 14 Oktober 2021, siang.
"Karantina kesehatan itu kan bukan untuk kepentingan dia sebenarnya, tapi buat masyarakat. Kalau dia melanggar itu dia memberikan risiko (penularan) ke publik."
2. Kemenkes Tetapkan Harga Tes PCR Rp275 Ribu
Harga tes PCR yang semula Rp495 ribu untuk Pulau Jawa-Bali dan Rp525 Ribu untuk luar Jawa-Bali resmi turun per 27 Oktober 2021. Batas tarif tertinggi tes PCR di Jawa-Bali menjadi Rp275 ribu untuk Pulau Jawa-Bali, dan Rp300 ribu untuk luar Pulau Jawa dan Bali.
"Pemberlakuan daripada batas tarif tertinggi (tes PCR) mulai berlaku pada saat dikeluarkan surat edaran dari Kementerian Kesehatan. Dan, hari ini surat edaran tersebut sudah dikeluarkan, sehingga berarti mulai berlaku hari ini," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Prof Abdul Kadir pada Rabu, 27 Oktober 2021.
Kementerian Kesehatan RI meminta agar seluruh pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, laboratorium, dan fasilitas pemeriksa lainnya yang telah ditetapkan oleh menteri dapat mematuhi batasan tarif tertinggi RT PCR tersebut.
Advertisement
November: Varian Delta Terus Bermutasi, Sudah Ada 22 Jenis
Varian Delta telah bermutasi di Indonesia. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkantelah ditemukan 22 mutasi varian Delta di RI.
"Ada kurang lebih dari B.16.17:2 yang kita kenal sebagai varian Delta sudah punya turunannya 22 yang sudah kita identifikasi di Indonesia," kata Nadia dalam Dialog Produktif Kamis, Kamis, 4 November 2021.
Mutasi pada varian Delta ada banyak di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur melaporkan adanya varian Delta. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan varian Delta terbanyak.
Berdasarkan temuan data itu perlu menjadi kewaspadaan pemerintah mencegah agar tak berkembang lebih lanjut.
Desember: Omicron Masuk RI
Kasus Omicron terdeteksi di Indonesia pada 15 Desember 2021. Berdasarkan tes spesimen yang diambil pada 8 Desember 2021, pekerja Wisma Atlet berinisial N terpapar Omicron.
N tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri. Lalu, bagaimana bisa terpapar varian Omicron?Setelah merunut kasus WNI yang positif COVID-19 di Wisma Atlet pada 14 hari ke belakang, kemungkinan besar indeks case (kasus pertama) Omicron adalah WNI, dengan inisial TF, usia 21 tahun, yang tiba dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021.
Pemerintah kemudian terus menggencarkan pemeriksaan untuk mendeteksi varian Omicron. Data terakhir menunjukkan sudah ada 19 kasus Omicron di Indonesia.
Hingga kini studi terus berlanjut untuk mengetahui karakteristik varian Omicron. Studi awal di Inggris menunjukkan varian ini 3 kali lebih menular dari Delta. Sudah lebih dari 80 negara melaporkan adanya kasus Omicron.
Advertisement