Liputan6.com, Jakarta Hari ini, hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) resmi diluncurkan. Berdasarkan data tersebut, hanya ada satu provinsi di Indonesia dengan kategori stunted dan wasted terbaik yakni Bali.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono. Ia mengungkapkan, Bali masuk dalam kategori baik karena memiliki persentase stunted dibawah 20 persen dan wasted (kurang gizi) dibawah 5 persen.
Advertisement
"Bali adalah provinsi dengan kategori yang baik, karena stunted-nya dibawah 20 persen dan wasted-nya dibawah 5 persen (3,0 persen)," ujar Dante dalam dalam acara Launching Hasil SSGI Tingkat Nasional Tahun 2021 pada Senin (27/12/2021).
Selain Bali (10,9 persen), dua provinsi lainnya yang masuk dalam tiga provinsi tertinggi dengan kategori baik dalam penanganan stunting adalah DKI Jakarta (16,8 persen) dan DI Yogyakarta (17,3 persen).
"Saya mengucapkan terima kasih atas usaha yang dilakukan oleh provinsi Bali, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta dengan upaya yang begitu keras, dengan upaya yang begitu maksimal sehingga mendapatkan angka terendah, lebih rendah dari angka rata-rata nasional 24,4 persen," kata Dante.
Sedangkan, dua provinsi yang juga masuk dalam kategori tiga provinsi tertinggi dengan kategori baik dalam penanganan wasted adalah Bengkulu (5,0 persen) dan Jawa Barat (6,3 persen).
"Mudah-mudahan ini nanti akan diikuti oleh provinsi-provinsi yang lainnya. Sehingga provinsi lainnya bisa memiliki angka yang sama," tambahnya.
Kategori masalah gizi
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Ir Doddy Izwardy, MA. Doddy menjelaskan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kategori masalah gizi di masyarakat yang terbagi menjadi empat. Berikut diantaranya.
- Kategori: Baik (stunted kurang dari 20 persen, wasted kurang dari 5 persen)
- Kategori: Akut (stunted kurang dari 20 persen, wasted 5 persen atau lebih)
- Kategori: Kronis (stunted kurang dari 20 persen, wasted kurang dari 5 persen)
- Kategori: Akut-Kronis (stunted kurang dari 20 persen, wasted 5 persen atau lebih)
Menurut Doddy, keempat kategori yang diberikan oleh WHO tersebut berfungsi untuk melihat bagaimana prevalensi pada stunted dan wasted diberbagai negara. Mengingat hal tersebut dapat berpengaruh pada cara intervensi status gizi tersebut.
"Kita melihat anaknya tinggi badan sama berat badannya hampir sama, tapi kita khawatir kita bisa salah intervensi. Karena apa? Karena kalau di global indikator stunting adalah kecerdasan," kata Doddy.
"Tapi karena sulit melihat kecerdasan (untuk indikator), maka yang visible itu adalah tinggi badan. Nah ini kategori yang menjadi masalah gizi masyarakat," tambahnya.
Dengan memahami kategori gizi tersebut, penghargaan, evaluasi, dan anggaran untuk kebijakan atau program di tingkat kabupaten dan kota pun dapat dilakukan dengan lebih spesifik.
Advertisement