Liputan6.com, Jakarta - Inflamasi kronis atau pembengkakan berkepanjangan pada pasien diabetes dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.
Pengendalian gula darah dan menghindari faktor risiko dapat mengurangi potensi terjadinya inflamasi berkepanjangan hingga amputasi.
Advertisement
Menurut dokter spesialis bedah ortopedi Basuki Supartono, beberapa faktor risiko terjadinya inflamasi berkepanjangan yakni:
-Obesitas atau kegemukan
-Depresi
-Pola makan
-Gangguan tidur
-Isolasi dan stres kronik
-Kurang gerak
“Kenapa kurang gerak membuat inflamasi terjadi? Karena kalau kita bergerak, otot-otot kita akan rilis zat-zat anti inflamasi. Kalau kita enggak gerak, zat-zatnya enggak keluar sehingga perlu digerakkan,” ujar Basuki dalam seminar daring yang ditayangkan saluran YouTube Pengajian Baitul Izzah, Minggu (26/12/2021).
Simak Video Berikut Ini
Faktor Lainnya
Faktor lain yang dapat menyebabkan inflamasi adalah:
-Usia
-Osteoporosis
-Kanker
-Autoimun
-Penyakit jantung
-Infeksi kronik
-Kurang silaturahmi
“Dalam agama silaturahmi itu memperpanjang umur, dalam sains silaturahmi itu dapat membantu mengeluarkan hormone-hormon baik sehingga mencegah inflamasi.”
Advertisement
Durasi Inflamasi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta ini menambahkan, jika inflamasi berlangsung sebentar, sekitar 3-7 hari saja, itu pertanda baik.
Pasalnya, dalam proses pembengkakan tersebut tubuh secara alami mematikan kuman yang akan masuk pada pintu regenerasi jaringan.
“Namun, jika inflamasi terjadi berkepanjangan hingga 3 pekan maka ini tidak baik karena sel-sel tubuh atau jaringan tidak bisa beregenerasi.”
Inflamasi berkepanjangan dapat membuat luka tak kunjung sembuh. Akibatnya, tubuh tidak bisa membentuk sel, pembuluh darah, sel kulit, sel saraf dan sebagainya.
Inflamasi berkepanjangan pada pasien diabetes terjadi karena gula darah terlalu tinggi dan jika tidak diatasi bisa berujung amputasi.
“Gula darah terlalu tinggi dapat membuat sel-sel tidak berfungsi, oksigen yang dibutuhkan untuk kehidupan sel dan jaringan juga kurang sehingga saraf pun otomatis terganggu,” tutup Basuki.
Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan COVID-19
Advertisement