Liputan6.com, Srinagar - Masjid utama di Srinagar, kota terbesar di Kashmir, sebagian besar tutup selama dua tahun ini, di tengah-tengah perselisihan sengit antara pihak berwenang India dan warga Muslim Kashmir. Penutupan ini dianggap bertentangan dengan kebebasan beragama di India.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (28/12/2021), Masjid Jamia yang usianya ratusan tahun tampak menonjol di kawasan permukiman sekitarnya di Srinagar, dengan gerbang utamanya yang megah dan menara-menara besarnya.
Advertisement
Bangunan yang terbuat dari batu bata dan kayu ini adalah satu di antara masjid tertua di kota berpenduduk 1,2 juta, yang 96 persennya adalah Muslim. Ribuan orang kerap salat di masjid di kota terbesar di Kashmir itu.
Dengan 378 pilar kayu, masjid ini dapat menampung 33 ribu jemaah. Pada acara-acara khusus selama bertahun-tahun, ratusan ribu Muslim juga memenuhi jalur dan jalan-jalan di sekitarnya untuk mengikuti salat yang diselenggarakan masjid tersebut.
Namun, pihak berwenang India menganggap masjid itu sebagai tempat munculnya masalah – menjadi pusat protes dan bentrokan yang menantang kedaulatan India atas wilayah Kashmir yang disengketakan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masjid Jamia
Bagi Muslim Kashmir, masjid adalah tempat suci di mana mereka melakukan salat Jumat dan juga menyuarakan hal-hak politik mereka.
Di tengah-tengah ketegangan tersebut, masjid ini hampir sebagian besar tutup selama dua tahun terakhir.
Imam besar masjid itu telah ditahan di rumahnya hampir tanpa henti selama periode itu. Gerbang utama masjid digembok dan ditutup dengan lembaran-lembaran seng gelombang pada hari Jumat.
Penutupan masjid memperdalam kemarahan warga Muslim Kashmir.
Bashir Ahmed, 65, pensiunan pegawai negeri, yang terbiasa salat di masjid itu selama lima dekade lebih mengatakan,
"Saya merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang hilang, jauh di dalam lubuk hati saya," katanya.
Pihak berwenang India menolak berkomentar mengenai pembatasan di masjid itu meskipun Associated Press telah berulang kali mengajukan permintaan komentar.
Pada masa lalu, para pejabat mengatakan pemerintah terpaksa menutup masjid Jamia karena komite pengelolanya tidak mampu menghentikan protes anti-India di lingkungan tersebut.
Penutupan masjid berusia 600 tahun ini berlangsung dalam penindakan keras yang dimulai pada 2019 setelah pemerintah mencabut status semiotonom yang telah lama disandang Kashmir.
Advertisement
Banyak Masjid Ditutup
Dalam dua tahun belakangan, sebagian masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya di kawasan itu – yang juga ditutup karena penindakan keras keamanan dan pandemi yang mengikutinya – telah diizinkan untuk memberikan layanan keagamaan.
Masjid Jamia masih tetap tertutup bagi jemaah yang ingin salat Jumat.
Pihak berwenang mengizinkan masjid itu tetap buka pada enam hari lainnya, tetapi hanya beberapa ratus jemaah yang berkumpul di sana ketika itu, dibandingkan dengan puluhan ribu orang yang kerap datang untuk salat Jumat.
Kebebasan beragama dicantumkan dalam konstitusi India, mengizinkan warga untuk menganut dan secara bebas mempraktikkan ajaran agama mereka.
Konstitusi juga menyatakan negara tidak akan “mendiskriminasi, menggurui atau mencampuri agama apa pun.”
Bagi Muslim di Kashmir, penutupan masjid itu membawa kenangan menyakitkan dari masa lalu.
Pada tahun 1819, penguasa Sikh menutupnya selama 21 tahun. Selama 15 tahun belakangan, masjid ini kerap mengalami larangan berkala dan penutupan oleh pemerintah-pemerintah India selanjutnya.
Tetapi pembatasan yang sekarang ini adalah yang paling serius sejak wilayah itu terbagi antara India dan Pakistan setelah kedua negara itu meraih kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. Kedua negara itu mengklaim keseluruhan wilayah tersebut.
Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron:
Advertisement