Liputan6.com, Jakarta - Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu setelah tindakan transfer embrio (dikenal pula dengan ET atau embryo transfer) merupakan salah satu periode yang paling mendebarkan bagi suami istri yang tengah menjalani program bayi tabung.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Aida Riyanti mengatakan, pada siklus bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), periode menunggu ini dapat membebani baik secara emosi maupun mental.
Advertisement
"Jangan khawatir, pada periode tunggu,sebenarnya Anda tidak harus selalu istirahat di tempat tidur atau berbaring sepanjang waktu," katanya, melalui pesan elektronik yang diterima Liputan6.com, Selasa (28/12/2021).
Aida menuturkan, mempertahankan rutinitas normal juga penting untuk mengalihkan pikiran Anda dari waktu dua minggu yang pasti terasa sangat panjang. "Bersikap santai dapat membantu mengatasi emosional yang naik turun yang mungkin kerap dialami. Sangat penting bagi Anda dan suami untuk meluangkan waktu beristirahat, bersantai, dan memulihkan diri."
"Intinya, lakukan segala hal yang membuat Anda dan suami merasa santai selama menunggu hasil, sambil melakukan hal-hal yang membuat rileks dan berpikir positif. Positive thinking juga sangat penting. Dibarengi dengan mengurangi paparan informasi yang belum jelas kebenarannya, atau mengurangi akses media sosial, mungkin dapat membantu Anda dan suami lebih tenang," jelasnya.
Setelah embrio transfer, lanjut Aida, dokter akan meresepkan obat-obatan penunjang untuk meningkatkan kemungkinan embrio untuk terimplantasi/menempel. Maka itu, lanjutkan pengobatan suportif seperti yang diinstruksikan oleh dokter.
"Sangat penting untuk mengikuti saran dokter dan tetap mengonsumsi obat apa pun yang direkomendasikan selama masa penantian dua minggu tersebut. Sebaiknya, hindari melewatkan dosis dan jangan memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri," ujarnya.
Simak Video Berikut Ini:
Tips untuk pasangan
1. Pilihan asupan makanan
Asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang merupakan salah satu poin penting yang dapat menyukseskan implantasi embrio pada rahim.
"Jika semua berjalan sesuai rencana, didalam tubuh Anda selama 9 bulan ke depan akan tumbuh bayi mungil yang membutuhkan nutrisi yang baik. Ini saat yang tepat untuk merangkul kebiasaan makan sehat yang direkomendasikan untuk wanita hamil," kata Aida.
Idealnya, calon ibu sebaiknya makan berbagai macam buah dan sayuran, serta makanan yang kaya kalsium, protein, vitamin B, dan zat besi.
Asam folat juga dapat dimasukkan ke menu harian Anda. Ada banyak manfaat mengonsumsi asam folat sebelum dan saat hamil. Ibu hamil membutuhkan sekitar 400 mcgper hari untuk mencegah neural tube defect. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwaa sam folat dapat mengurangi kemungkinan bayi mengalami celah bibir atau langit-langit, juga dikaitkan dengan risiko cacat jantung bawaan yang lebih rendah pada bayi.
"Asupan asam folat dapat diperoleh dari bayam, asparagus, brokoli, alpukat, tomat, jeruk, lemon,buah bit, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang polong, dan kacang walnut, daging unggas, hati sapi, daging merah, hati ayam, hidangan laut, dan telur," jelasnya.
Advertisement
2. Amankah berolahraga dan berhubungan intim dalam periode ini?
"Meski tidak terbukti secara ilmiah bahwa hubungan intim menjadi kontra indikasi pascatindakan transfer embrio atau dalam kehamilan, kontraksi rahim akibat orgasme bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan," kata Aida.
Maka itu, aktivitas seksual yang terkait dengan penetrasi penis ke dalam vagina sebaiknya tidak dilakukan dulu. Begitu pun dengan olahraga intensitas tinggi.
"Pasien program bayi tabung direkomendasikan untuk menjalani gaya hidup sehari-hari seperti biasa selama periode tunggu ini. Namun olahraga dengan intensitas tinggi seperti aerobik, atau berlari sebaiknya tidak dilakukan dulu hingga mendapatkan konfirmasi kehamilan klinis," jelasnya.
Lebih baik, kata dia, pilih olahraga dengan intensitas rendah seperti jalan kaki, yoga, dan meditasi dengan durasi 30 menit per hari.
"Hal yang pasti harus dihindari sama sekali selama periode tunggu ini adalah merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Setelah transfer embrio, rokok dan alkohol dapat memberikan efek yang sangat merugikan pada perkembangan calon bayi," ujarnya.
3. Waspada gejala yang mengganggu
Anda mungkin ingin mengawasi gejala-gejala tertentu yang dapat terjadi pada hari-hari setelah transfer embrio. Wanita yang mengonsumsi obat kesuburan dapat mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS).
Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh merespons secara dramatis terhadap hormon yang disuntikkan yang digunakan sebagai bagian dari proses IVF. OHSS dapat menyebabkan gejala seperti: sakit perut, perut kembung, mual, muntah. Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius.
Jadi, apabila Anda tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan menunggu terlalu lama. Segera hubungi dokter, maternity counsellor, atau klinik dan jelaskan gejala yang dialami.
Advertisement
4. Be positive, and you’ll be pregnant!
Rasa penasaran yang teramat sangat terkadang membuat godaan untuk langsung melakukan tes urine. Namun, cobalah menahan keinginan untuk segera melakukan tes kehamilan.
"Diperlukan waktu hingga beberapa minggu sejak hari transfer sampai sel-sel plasenta mulai memproduksi cukup hormon yang dikenal sebagai human chorionicgonadotropin (hCG) untuk dapat terdeteksi dengan tes darah," kata Aida.
dr Aida juga mengungkapkan untuk mengurangi hal-hal yang membuat Anda dan suami berpikiran yang tidak-tidak, terlebih hal yang belum pasti. "Sebuah nasihat penting mengenai apa yang tidak boleh dilakukan setelah transfer embrio adalah “jangan panik”. Ini tentu jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun, mencoba untuk tetap rileks adalah hal terbaik."
"Apakah embrio menempel atau tidak, benar-benar tergantung pada kualitas embrio dan seberapa reseptif rahim calon ibu. Oleh karena itu, tidak ada hal mendasar yang dapat Anda dan suami lakukan yang akan mempengaruhi hasil," katanya.
"Ini penting untuk diingat, karena ketika sebuah siklus gagal, sangat mudah untuk menyalahkan diri sendiri karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu setelah transfer embrio. Padahal, bisa saja penyebabnya adalah hal lainnya. Jadi, ingatkan diri untuk selalu berpikiran positif dan tetap tenang, ya," pungkas Aida.