Liputan6.com, Malang - Kaldera Tengger Bromo bakal ditutup total dari kendaraan bermotor selama beberapa hari pada awal Januari dan Februari 2022 mendatang. Itu sebagai penghormatan terhadap adat masyarakat Tengger yang bertepatan wulan kapitu atau bulan ketujuh dalam kalender tengger.
Pelaksana tugas Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Novita Kusuma Wardani, mengatakan penutupan kaldera Tengger Bromo dilakukan pada 2-3 Januari 2022 serta pada 1-2 Februari 2022.
Baca Juga
Advertisement
“Pengecualian untuk kendaraan kedaruratan masih boleh lewat,” kata Novita dalam siaran tertulisnya, Selasa, 28 Desember 2021.
Penutupan kaldera juga menyusul adanya surat dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Probolinggo tentang pemberitahuan masuknya wulan kapitu. Karena itu, pengelola taman nasional dan pelaku jasa wisata menghormati adat da budaya tengger dengan menutup kaldera.
Penutupan kaldera dari kendaraan bermotor itu tidak berarti seluruh kawasan wisata Bromo turut ditutup. Wisatawan tetap boleh berkunjung sesuai ketentuan yang berlaku serta dengan batasan tertentu bagi kendaraan bermotor dari akses masuk Bromo.
Otoritas taman nasional menetapkan batasan yakni kendaraan dari arah Pasuruan hanya boleh sampai dengan Pakis Bincil. Sedangkan dari arah Malang dan Lumajang hanya boleh sampai Pos Jemplang. Sedangkan Cemorolawang jadi batas terakhir dari arah Probolinggo.
Dari titik batas itu pengunjung juga masih diperkenankan menuju kaldera tengger Bromo. Namun hanya boleh dengan berjalan kaki, sepeda angin, tandu maupun menggunakan jasa kuda wisata. Sehingga kaldera tetap bisa dinikmati tanpa bising kendaraan.
“Kita semua harus menghormati adat dan budaya masyarakat Tengger. Kami minta pengunjung mematuhi seluruh aturan,” ujar Novita.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengenal Wulan Kapitu
Wulan kapitu atau bulan ketujuh dalam kalender Tengger bagi masyarakat adat Tengger merupakan megengan wulan kapitu atau bulan yang disucikan. Selama sebulan penuh para sesepuh dan tokoh adat menjalankan ritual berupa "laku puasa mutih" atau puasa putih.
Puasa itu bertujuan menahan perilaku atau sifat keduniawian serta lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Wulan kapitu menjadi ajang instropeksi diri bagi manusia. Menyelaraskan hubungan antara manusia, alam dengan sang pencipta.
Masuknya wulan kapitu selalu diawali dengan Pujan atau upacara adat kapitu dipimpin oleh dukun adat Tengger. Sedangkan di akhir bulan itu juga digelar Pujan Kawolu atau upacara menyambut wulan kawolu atau bulan kedelapan.
Masyarakat Suku Tengger memiliki penanggalan sendiri dan jumlah bulan juga sama sebanyak 12 bulan. Namun setiap bulan itu memiliki nama sendiri dan umumnya juga terdapat ritual adat tertentu di setiap bulannya.
Penamaan bulan pada sistem penanggalan Tengger yakni Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kasadasa, Dhesta, dan Dasha. Tiap bulan itu ada yang berlangsung selama 29 hari maupun 30 hari.
Advertisement