Dibayangi Varian Omicron, Industri Pelayaran 2022 Diyakini Bakal Membaik

Para pelaku industri pelayaran mengaku optimis kinerja sektornya bakal lebih baik di 2022

oleh Arief Rahman H diperbarui 28 Des 2021, 21:26 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Para pelaku industri pelayaran mengaku optimis kinerja sektornya bakal lebih baik di 2022. Meski diakui, varian omicron masih membuat ketidakpastian global.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan sepanjang dua tahun pandemi ini, sektor pelayaran nasional mengalami tekanan yang sangat berat. Kondisi di tahun depan pun masih dibayangi dengan ketidakpastian terlebih karena munculnya Varian Omicron yang telah memasuki Indonesia.

“Namun selama penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional berjalan sesuai harapan, kita yakin pelayaran nasional mungkin akan lebih baik di tahun depan,” katanya, Selasa (28/12/2021).

Seperti diketahui, kinerja pelayaran tertekan hingga minus 21 persen karena pandemi. Hal ini disebabkan karena penurunan arus kapal 3 persen, penurunan arus barang 14 persen, penurunan arus petikemas 11 persen dan penurunan yang paling dalam terjadi pada arus penumpang sebesar 57 persen. Penurunan arus barang terjadi pada awal-awal pandemi saat banyak industri manufaktur menghentikan produksinya.

Untuk muatan ekspor-impor komoditi dengan petikemas, DPP INSA prihatin atas kondisi kelangkaan kontainer.

“Kami prihatin dengan yang dialami oleh para eksportir kita yang mengalami kelangkaan peti kemas, serta meningkatnya freight internasional sebagai akibat bola salju pandemi yang memaksa terjadinya lockdown di berbagai negara, blank sailling dan kongesti di banyak pelabuhan dunia,” tuturnya.

INSA terus berkoordinasi bersama pemerintah termasuk dengan MLO untuk mencarikan solusi terbaik bagi eksportir nasional dalam upaya menjadikan Indonesia negara pengekspor yang besar.

Sejauh ini armada pelayaran nasional anggota INSA berupaya terus melakukan repositioning kontainer eks impor milik MLO yang beredar di berbagai pelabuhan Indonesia dengan mekanisme free use untuk mencukupi ketersediaan petikemas ekspor.

Namun di tengah tantangan tersebut ekspor Indonesia tetap moncer. Sepanjang Januari-November 2021 nilai ekspor Indonesia menembus USD209,16 miliar. Nilai ekspor ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Carmelita menuturkan, catatan gemilang nilai ekspor ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan negara lainnya meski Indonesia masih dihadapkan sejumlah tantangan. Keberhasilan ini, sambung Carmelita, tentu berkat konsistensi pemerintah menerapkan peraturan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku saat ini.

Pada sektor angkutan non petikemas seperti tug and barges mungkin sedikit lebih baik, seiring dengan penaikan harga batu bara dan CPO dunia di tahun ini.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ketersediaan Kapal

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Para pelaku usaha pelayaran nasional juga akan memastikan ketersediaan angkutan kapal merah putihnya jenis tongkang dan tunda serta curah atau bulk, sehingga tidak perlu mendatangkan kapal bendera asing untuk mendukung kegiatan angkutan batu bara, baik yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik maupun ekspor.

Sedangkan pada sektor angkutan offshore dan migas, meski sempat mengalami tekanan karena penurunan harga minyak dunia pada awal pandemi, namun kini perlahan mulai membaik seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan BBM.

Sementara pelayaran Roro/penumpang merupakan sektor yang paling berat menghadapi situasi pandemi ini. Pembatasan perjalanan orang membuat sektor ini harus mengalami penurunan kinerja sangat dalam.Di sisi lain, Carmelita juga bersyukur Indonesia telah melewati tahun-tahun penuh tantangan selama pandemi Covid-19 ini.

Rasa syukur itu tidak lepas dari keberhasilan pemerintah dan masyarakat Indonesia menekan penularan virus Covid-19 secara signifikan.

Indonesia pernah mengalami puncak pandemi Covid-19 pada Juni hingga Agustus lalu. Saat itu, penularan virus Covid-19 begitu tinggi sehingga membuat situasi darurat.

Namun atas kebijakan yang tepat dan kerja sama seluruh pihak, Indonesia bisa keluar dari kondisi kritis tersebut.

Di tengah kondisi sulit itu pemerintah mengambil keputusan yang tepat yakni mengambil kebijakan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Di saat bersamaan, kebijakan PPKM itu dibarengi dengan gencarnya vaksinasi bagi masyarakat Indonesia.“Setidaknya hingga saat ini, terbukti kebijakan PPKM dan vaksinasi ini cukup ampuh mengendalikan penularan Covid-19 di Indonesia, tanpa kita harus lockdown.”

Sejalan dengan keberhasilan pengendalian penularan Covid-19, kata Carmelita, Indonesia bisa berhasil memulihkan ekonomi secara perlahan.

Pemulihan ekonomi nasional ini tidak lepas dari kelancaran kegiatan logistik Indonesia. Untuk itu, INSA sangat mengapresiasi kebijakan Kementerian Perhubungan yang tetap mendukung kelancaran kegiatan distribusi logistik dan transportasi nasional, sehingga pelabuhan domestik tidak mengalami kongesti seperti yang terjadi di luar negeri dan ekonomi nasional mengalami pemulihan.

Demikian pula ketersediaan armada nasional yang tidak perlu melakukan blank sailling seperti halnya MLO, sehingga di saat pemulihan ekonomi, owner dan operator pelayaran petikemas domestik masih dapat mencukupi ketersediaan petikemas dan kapal dalam negeri.

“Kelancaran distribusi logistik dengan dukungan operator pelayaran petikemas domestik ini perlu kita jaga terus untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," papar Carmelita

Carmelita pun berpendapat, Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua belum lama ini juga membuat sedikit banyak perubahan pola kontainer. Setelah sebelumnya banyak pabrik yang tutup, kini produksi sudah mulai kembali dan menuju normal kembali.Untuk itu, dia menilai tidak perlu ada penambahan kontainer kembali, karena pelayaran nasional tidak akan membiarkan kekosongan kapal yang akan memuat kargo.

Saat ini pelayaran kontainer domestik justru mengkonversi kapalnya menjadi lebih kecil. Misalnya, yang tadinya satu kapal 3000 Teus, kini menjadi dua unit kapal dengan ukuran 1500 Teus. Penggunaan kapal lebih kecil karena penggunaan kapal besar juga tidak ada kargo yang terisi maksimal.

Adapun adanya penyesuain tarif domestik masih di level wajar tidak se ekstrim di internasional. “Semua ini hanya sementara jadi jangan khawatir kekurangan kapal, karena ini hanya dampak pandemi. Secepatnya akan kembali ke normal,” pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya