Liputan6.com, Surabaya Ludruk adalah salah satu kesenian tradisional Jawa Timur yang masih eksis hingga saat ini. Kesenian khas yang siap menghibur warga dengan gelak tawa ini diwariskan secara turun-temurun.
Di Surabaya, yang merupakan kota terbesar di Jatim, kesenian Ludruk tetap dilestarikan. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda, pertunjukan drama tradisional yang digelar di muka umum itu sementara ditiadakan.
Advertisement
Kesenian Ludruk menjadi ajang hiburan masyarakat. Cerita yang diambil biasanya mengenai perjuangan, kehidupan rakyat sehari-hari, dan lain sebagainya. Lawakan sering kali menjadi selingan pertunjukan ini.
Arek-arek Suroboyo sudah berapa sering nonton pertunjukan Ludruk, nih? Atau jangan-jangan belum sama sekali? Kalau begitu, yuk simak beberapa hal mengenai Ludruk yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dibuka dengan Tari Remo
Pertunjukan Ludruk biasanya dibuka dengan Tari Remo yang menggambarkan keberanian seorang pangeran yang berjuang di medan perang.
Masyarakat mulai terkesima saat Tari Remo mulai dipertunjukkan. Mereka siap-siap menyaksikan kesenian khas daerah Jawa Timur itu.
Kesenian ini menceritakan rakyat, sejarah, dan ekspresi kehidupan. Cerita yang diambil dalam setiap pertunjukan Ludruk tidak jauh dari cerita rakyat zaman dahulu. Kadang kala tentang sejarah atau ekspresi kehidupan sehari-hari.
Dalam pertunjukan Ludruk diselipkan nilai-nilai moral, sehingga masyarakat yang menonton tidak hanya mendapat hiburan semata, tapi juga nasihat-nasihatnya.
Advertisement
Menggunakan Kostum dan Bahasa Jawa
Kostum yang digunakan dalam setiap pertunjukan bergaya ala Jawa. Hal ini releate dengan kehidupan masyarakat Jawa yang menontonnya. Isi ceritanya pun sederhana sesuai dengan yang dialami masyarakat Jawa.
Lakonan pertunjukan Ludruk menggunakan bahasa Jawa. Biasanya bahasa Suroboyoan atau Madura. Ludruk mengedepankan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
Kesenian Ludruk ini tidak menggunakan naskah. Menariknya lagi, pertunjukan Ludruk digelar tanpa membaca naskah. Aktor-aktor harus pandai improvisasi. Kendati demikian, pesannya selalu tersampaikan pada masyarakat.
Gamelan mengiringi pertunjukan Ludruk dari awal hingga akhir. Biasanya gamelan berselaras slendro dan pelog. Dengan gamelan, pertunjukan Ludruk menjadi lebih asyik, seru, dan tidak monoton.