Menperin Targetkan Industri Manufaktur Tumbuh 5 Persen di 2022

Menperin Agus menyebut ada sejumlah kendala dan tantangan untuk mencapat target industri manufaktur tumbuh 5 persen di 2022.

oleh Arief Rahman H diperbarui 29 Des 2021, 20:10 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mencoba mobil yang ditampilkan pada Pembukaan GAIKINDO Indonesia International Motor Show (GIIAS) seri kedua di Surabaya. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis industri manufaktur bisa tumbuh 4,5-5 persen pada 2022. Dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi dan masa pandemi, Menperin Agus yakin targetnya bisa tercapai.

Melalui target itu, ia tak menampik pandemi Covid-19 masih akan tetap ada di tengah pembangunan industri manufaktur pada 2022.

“Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5-5 persen pada 2022,” katanya dalam Kinerja Sektor Industri 2021 dan Outlook 2022, Rabu (29/12/2021).

Guna mencapai target itu, Menperin Agus menargetkan peningkatan di beberapa sektor seperti nilai ekspor dan nilai investasi industri manufaktur.

Nilai ekspor industri manufaktur ditargetkan pada kisaran USD 170-175 miliar pada 2021 dan meningkat menjadi USD175-180 miliar pada 2022. Sementara, nilai investasi manufaktur ditargetkan Rp 280 triliun pada 2021 dan meningkat jadi Rp 300-310 triliun pada 2022.

“Lalu kami juga targetkan penyerapan tenaga kerja bisa meningkat sampai 20,84 juta di 2022,” tutur Agus Gumiwang Kartasasmita.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tantangan

Pekerja memeriksa produk dan kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan manufaktur Triputra Group menargetkan penjualan hingga 38.81 % atau senilai Rp 3,08 triliun pada 2021. (Liputan6.com/HO/Dharma)

Lebih lanjut, dengan adanya target itu, Menperin Agus menyebut ada sejumlah kendala dan tantangan kedepannya.

Misalnya, adanya disrupsi dari rantai pasok seperti kelangkaan kontainer yang diakibatkan oleh ketidakseimbangannya perdagangan lewat jalur laut.

"Berbagai acara internasional khususnya eksibisi atau pameran internasional yang diselenggarakan dalam bentuk virtua atau digital kurang mampu menarik bagi pengunjung," ujarnya.

Kemudian, ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong, yang perlu upaya mitigasi terhadap gelombang varian Omicron pada sektor industri.

"Kemudian, kami mengkaji untuk adanya usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing industri meningkat," katanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya