Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait varian baru covid-19 bernama Delmicron. Postingan ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.
Salah satu akun yang mengunggahnya berada di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 26 Desember 2021.
Baca Juga
Advertisement
Dalam postingannya terdapat artikel berjudul "Gegerkan masyarakat internasional, varian baru Corona Delmicron Gabungan Delta-Omicron"
Postingan itu hingga saat ini mendapat 268 komentar dan dibagikan 74 kali.
Lalu benarkah postingan yang mengklaim ada varian baru covid-19 bernama Delmicron?
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan penjelasan dari Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 sekaligus Duta Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro dalam artikel berjudul "dr Reisa: Tidak Ada Keterangan Resmi WHO Mengenai Penamaan Delmicron" yang tayang di Liputan6.com pada 28 Desember 2021.
Berikut isi artikelnya:
"Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 sekaligus Duta Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro menegaskan tidak ada keterangan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai penamaan varian Delmicron.
Reisa mengatakan sejauh ini penamaan mutasi SARS-CoV-2 berasal dari abjad Yunani.
"WHO sampai sejauh ini memberikan penamaan SARS-CoV-2 dan mutasi yang baru berdasarkan penamaan dari abjad Yunani. Tidak ada keterangan resmi mengenai Delmicron," ujar Reisa dalam pernyataan daring yang diikuti di Jakarta, Senin.
Menurut Reisa, varian Omicron merupakan mutasi COVID-19 yang saling berhubungan dengan varian sebelumnya, yaitu Delta. Begitu pula dengan Delta yang berhubungan dengan varian Alpha.
Meski demikian, Reisa mengimbau masyarakat agar selalu berhati-hati sebab virus COVID-19 mudah bermutasi. Sehingga dalam pencegahannya jangan sampai lengah dan melonggarkan protokol kesehatan.
Selain itu, katanya, masyarakat harus mengecek terlebih dahulu kebenaran informasi mengenai Delmicron, sebelum menyebarkannya.
"Delmicron harus dicek dulu informasinya, benar atau tidak. Banyak sumber pemerintah yang dapat digunakan untuk mengecek, seperti kemenkes.go.id dan covid19.go.id," ujar Reisa yang dikutip dari Antara.
Dengan adanya varian baru COVID-19 yang mulai muncul, Reisa mengimbau masyarakat untuk tidak stres berlebihan, namun tetap waspada terhadap penyebarannya.
Selain itu, masyarakat diimbau melakukan cara pencegahan paling optimal, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan yang konsisten dan disiplin.
Apabila akan bepergian, masyarakat diimbau untuk memilih lokasi tujuan yang mengaplikasikan PeduliLindungi dan menjalankan CHSE.Kemudian untuk menggabungkan perlindungan diri dengan memakai masker serta mengikuti vaksinasi.
Sebelumnya, pakar ilmu kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan Delmicron bukan penamaan ilmiah dari varian baru SARS-CoV-2.
Keterangan tersebut, menurutnya, sejauh ini hanya pendapat seorang dokter yang kebetulan diwawancara salah satu media, dan Delmicron bukan tertera dalam bentuk tulisan ilmiah.
Kata dia, sejauh ini bukanlah varian baru, melainkan pasien yang terserang varian Delta dan varian Omicron, sehingga diduga cepat menular dan keluhannya tidak ringan. Namun sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menjelaskan hal tersebut."
Selain itu ada artikel berjudul "Pakar Pastikan Delmicron Hoaks, Tak Ada Varian Covid-19 Gabungan Delta dan Omicron" yang tayang di Liputan6.com pada 27 Desember 2021.
"Liputan6.com, Jakarta - Istilah 'Delmicron' bukan penamaan ilmiah yang lahir dari studi atas kasus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 yang melanda dunia. Hal tersebut diutarakan Pakar ilmu kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama.
Dirinya mengatakan, istilah Delmicron yang merupakan penggabungan varian Delta dan Omicron itu pertama kali dilontarkan Dr Shashank Joshi, salah seorang anggota SatGas/taskforce dari negara bagian Maharashtra di India. Ibu kota Maharashtra adalah Mumbai atau Bombay, kota perdagangan dan juga pusat industri film Bollywood.
Ia mengatakan otoritas berwenang di India termasuk yang ternama seperti Indian Council of Medical Research (ICMR) tidak pernah memberikan informasi tentang ada tidaknya Delmicron, juga tidak ada pernyataan dari organisasi resmi apa pun di India.
"Juga tidak ada penjelasan dari pakar lain yang menyebutkan tentang Delmicron," katanya, Minggu (27/12/2021).
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang tinggal di India selama kurun 2015 sampai 2020 itu mengatakan istilah Delmicron sejauh ini hanya pendapat seorang dokter yang kebetulan di wawancara salah satu media. Delmicron bukan dalam bentuk tulisan ilmiah.
"Sejauh ini disebutkan bahwa ini bukanlah varian baru, tetapi pasien yang terserang varian Delta dan varian Omicron, sehingga diduga cepat menular dan keluhannya tidak ringan, tetapi sekali lagi belum ada bukti ilmiah yang jelas tentang hal ini," ujarnya.
Menurut Tjandra penamaan varian Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah berdasar abjad Yunani.
"Jadi sepatutnya tidak akan ada istilah Delmicron dalam klasifikasi Variant of Concern (VoC atau Variant of Interest (VoI) WHO," katanya."
Selain itu ada penjelasan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang tayang dalam artikel berjudul "Profesor Zubairi Djoerban: Delmicron Bukan Varian Baru Virus Corona" yang tayang 26 Desember 2021.
Berikut isi artikelnya:
"Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menekankan bahwa Delmicron bukanlah varian baru dari Virus Corona seperti varian Alpha atau Beta.
Itu berarti tidak benar bahwa Delmicron merupakan gabungan dari varian Delta dan Varian Omicron.
"Artinya, Delmicron cuma istilah yang mengacu pada situasi di mana Delta dan Omicron membuat lonjakan kasus di wilayah tertentu, kayak di Amerika. Di sana Omicron menyumbang 73 persen dari total kasus baru," tulis Zubairi di akun Twitter pribadinya, @ProfesorZubairi.
Saat dikonfirmasi langsung mengenai hal tersebut, Zubairi menjelaskan bahwa seorang anggota Satuan Tugas (taskforce) di salah satu provinsi di India, Mumbai, Dr Shashank Joshi, tengah berdiskusi mengenai lonjakan kasus Corona di sejumlah negara kayak Amerika, Inggris, dan Eropa.
Dr Shashank menyatakan bahwa ada dua varian pencetus terjadinya lonjakan di Amerika dan Eropa. Dua varian yang masing-masing bikin lonjakan kasus COVID-19 adalah Varian Delta dan Omicron.
"Jadi, bukan digabung jadi satu, tidak. Karena dua-duanya bikin lonjakan yang luar biasa, dia pakai istilah Delmicron. Begitu saja," kata Zubairi saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Minggu siang, 26 Desember 2021.
Meski begitu tetap harus waspada terhadap penyebaran dan penularan Varian Delta dan Omicron COVID-19.
"Delta bikin meninggal banyak. Jadi, yang Delta cepat menyebar dan berbahaya banget. Kalau Omicron, lebih cepat lagi menyebarnya tapi angka kematian rendah sekali. Di Inggris sudah beberapa yang meninggal," katanya.
"Jadi, saya tekankan sekali lagi, Delmicron bukan varian baru. Biasanya, varian baru akan mendapat nama tapi namanya berdasarkan abjad Yunani. Ini enggak ada," Zubairi menekankan."
Dalam website resminya WHO juga tidak mencantumkan nama Delmicron sebagai salah satu varian covid-19.
Sumber:
https://www.liputan6.com/news/read/4835496/dr-reisa-tidak-ada-keterangan-resmi-who-mengenai-penamaan-delmicron?source=search
https://www.liputan6.com/regional/read/4834764/pakar-pastikan-delmicron-hoaks-tak-ada-varian-covid-19-gabungan-delta-dan-omicron?source=search
http://www.idionline.org/berita/satgas-idi-jelaskan-delmicron-bukan-gabungan-varian-delta-dan-omicron-hanya-mengacu-pada-situasi/
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
Advertisement
Kesimpulan
Postingan yang mengklaim ada varian baru covid-19 bernama Delmicron adalah tidak benar.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement