PSI: Indonesia Darurat Sekolah Rusak

PSI menyoroti jutaan sekolah rusak di Indonesia. PSI menyebut, tiga sekolah roboh di Lebak pada penghujung 2021 sebagai fenomena gunung es yang terjadi di Banten.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 30 Des 2021, 19:33 WIB
Sejumlah caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ketika berkunjung ke Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyoroti tiga sekolah roboh di bumi Multatuli, Lebak, Banten yang terjadi pada penghujung 2021.

Juru bicara DPP PSI, Furqan AMC menyatakan, robohnya sejumlah sekolah ini mengungkap fenomena gunung es di Kabupaten Lebak, Banten.

Kendati begitu, PSI menyatakan, bahwa fenomena gunung es ini tidak hanya terjadi di Lebak, Banten. Berdasarkan data Kemendikbud tahun 2020, terdapat 1.222.064 ruang kelas di Tanah Air yang rusak.

“Sungguh Indonesia darurat sekolah rusak” kata Furqan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/12/2021).

Menurut Furqan, saat ini publik belum bisa memvalidasi apakah sekolah-sekolah yang rusak tersebut sudah diperbaiki atau belum. Ia melihat anggaran DAK Fisik yang dialokasikan Kemendikbud tahun 2021 untuk rehabilitasi hanya meng-cover 31.695 sekolah.

“Apakah realisasinya di lapangan sudah tepat sasaran dan utuh (tidak menguap), juga perlu diselidiki lebih lanjut,” kata dia.

Sementara hasil evaluasi komisi X DPR-RI, lanjut Furqan, pemerintahan kabupaten/kota hanya mengalokasikan 8 hingga 9 persen APBD-nya untuk fungsi pendidikan, jauh dari yang diamanatkan undang-undang.

“Postur anggaran pendidikan secara keseluruhan, baik APBN maupun APBD menggambarkan sepenuhnya political will pemerintah untuk mengatasi persoalan darurat sekolah rusak ini” jelas Furqan.


Butuh 1.000 Multatuli

Murid SDN Samudrajaya 04 mengikuti proses belajar mengajar di Ruang Kelas 5, Desa Samudrajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (21/1/2020). Murid SDN Samudrajaya 04 terpaksa belajar di gedung sekolah yang rusak sejak tahun 2014. (merdeka.com/Imam Buhori)

Furqan lantas menyinggung Multatuli, nama pena dari Eduard Douwes Dekker, yang mengabarkan pedihnya derita rakyat Lebak diisap oleh kolonialisme Belanda dalam buku Max Havelar:

“Kini setelah 76 tahun Indonesia merdeka, sepertinya kita masih butuh 1.000 Multatuli lagi untuk mengabarkan realitas masyarakat khususnya persoalan pendidikan ini,” pungkas dia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya