Menko Airlangga Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen pada 2022

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, pengendalian COVID-19 menjadi kunci pemulihan ekonomi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Des 2021, 21:48 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2021, Kamis, (30/12/2021) (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto optimistis ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 peren pada 2022. Keyakinan tersebut, selain merujuk pada penanganan pandemi COVID-19 di dalam negeri, juga didukung berbagai indikator ekonomi yang mencatatkan pemulihan hingga akhir 2021.

“Pengendalian pandemi menjadi kunci untuk pemulihan ekonomi, dan Pemerintah optimis di tahun 2022. InsyaAllah pertumbuhan ekonomi bisa didorong ke 5,2 persen,” kata Airlangga Hartarto dalam Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2021, Kamis (30/12/2021).

Perbaikan di sektor riil ini juga didukung dengan perbaikan di sektor keuangan. Ini salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat hingga mencapai level 6.500 menjelang akhir tahun ini.

Sebelumnya pada 22 November 2021, pertumbuhan IHSG sempat menembus rekor baru yakni di level 6.723,39. Untuk return di pasar modal Indonesia juga bisa mencapai 10 persen ytd. Seiring naiknya IHSG, nilai tukar rupiah juga terapresiasi kembali mendekati level pra pandemi.

Dalam rangka mendukung pengembangan pasar modal, tarif PPh Badan telah diturunkan menjadi sebesar 22 persen sepanjang 2021.

Selain itu, Pemerintah juga telah memberikan insentif tarif PPh Badan yang lebih rendah, yakni sebesar 19 persen bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka.

Hal ini dilakukan untuk mendorong peningkatan jumlah IPO di pasar modal Indonesia. Pemerintah juga terus berkomitmen untuk memperbaiki iklim investasi Indonesia, salah satunya melalui implementasi UU Cipta Kerja.

"Selain itu, dalam sejarah Indonesia, kita akhirnya punya engine untuk long term investment yaitu Indonesia Investment Authority (INA), yang akan bisa mulai kerja di 2022,” ucap Menko Airlangga.

Tahun depan, Pemerintah juga masih akan melanjutkan Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 414 triliun yang terbagi untuk Klaster Kesehatan, Perlindungan Sosial, dan Dukungan Korporasi/Usaha.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


87 Persen Pelaku Bisnis RI Pede Pendapatan Meningkat pada 2022

Ilustrasi Grafik Perkembangan, Penjualan, dan atau Pencapaian Perusahaan dan Bisnis. Kredit: Freepik

Sebelumnya, di penghujung tahun, Grant Thornton kembali mengeluarkan laporan tahunan Grant Thornton International Business Report (IBR) untuk menggambarkan persepsi pelaku bisnis global termasuk Indonesia terhadap perkembangan bisnis dan ekonomi selama 12 bulan ke depan. 

CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan 2021 ini merupakan tahun yang cukup berat bagi Indonesia, di mana pemerintah Indonesia harus menangani pandemi Covid-19, namun secara bersamaan juga harus tetap menjaga pertumbuhan ekonomi. Penyelesaian pandemi Covid-19 merupakan kunci dalam pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia (BI) sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 4,7 persen hingga 5,5 persen atau lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang tumbuh 3,4 persen hingga 4 persen. Memasuki tahun 2022, pelaku bisnis Indonesia memandang optimis 12 bulan ke depan.

Dalam laporan tahun ini memaparkan 87 persen pelaku bisnis Indonesia optimis pendapatan (revenue) akan meningkat selama 12 bulan ke depan.

"Angka ini sangat menggembirakan karena menempatkan pelaku bisnis Indonesia di peringkat 1 secara global, diikuti Vietnam (82 persen) dan India (80 persen)," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 29 Desember 2021.

Laporan terbaru IBR Grant Thornton juga menunjukkan adanya peningkatan signifikan untuk ekspektasi pelaku bisnis terkait sektor ekspor (72 persen) dan laba (profitability) bisnis mereka akan meningkat pada tahun 2022.

Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-3 dan ke-2 secara global. 

“Meski belum pulih sepenuhnya, namun optimisme meningkatnya pertumbuhan ekonomi 2022 dapat kita lihat dari daya beli masyarakat dan geliat perekonomian yang semakin membaik sejak kuartal III lalu.," kata dia.

 


Aplikasi PeduliLindungi

Pengunjung memindai "barcode" melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki Pasar Anyar di Kota Tangerang, Selasa (26/10/2021). PD Pasar Kota Tangerang memberlakukan penerapan aplikasi PeduliLindungi di dua pasar tradisional, yakni Pasar Anyar dan Pasar Poris. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pandangan Pelaku Bisnis Indonesia terhadap Aplikasi PeduliLindungi Dalam Laporan IBR tahun ini juga terlihat pandangan pelaku bisnis Indonesia terhadap aplikasi PeduliLindungi.

Hasil survei menyebutkan 37 persen dari pelaku bisnis Indonesia berpendapat aplikasi PeduliLindungi memberikan dampak besar terhadap perkembangan bisnis mereka. 

Pelaku bisnis berpendapat bahwa aplikasi PeduliLindungi cukup efisien dalam memberikan informasi, navigasi lokasi dan status pekerja terkait Covid-19 sehingga memberikan kontribusi terhadap produktivitas perusahaan.

Namun dalam segi penggunaan, pembatasan jumlah konsumen sedikit banyak berdampak pada jumlah pengunjung tempat usaha. Selain itu dari segi keamanan data, ada kekhawatiran pelaku bisnis Indonesia terhadap keamanan baik data perusahaan maupun data karyawan, yang bisa diakses secara ilegal dan disebar. 

“Keseimbangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga kesehatan masyarakat amat diperlukan. Dalam waktu dekat kita perlu waspada akan adanya varian baru dan juga risiko lonjakan kasus saat libur Natal dan Tahun Baru yang dapat berpengaruh negatif pada situasi pemulihan ekonom," ungkapnya.

"Di tahun depan pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan fiskal untuk meningkatkan daya beli masyarakat seperti insentif ekonomi bagi dunia usaha. Selain tentunya tetap diperlukan sinergi yang tinggi antara pemerintah dan masyarakat dalam hal pengendalian pandemi yang berdampak pada pemulihan ekonomi” tutup Johanna. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya