Harga Minyak Dunia Cetak Kenaikan Tahunan Terbesar dalam 12 Tahun

Pada hari terakhir tahun 2021, harga minyak mentah berjangka Brent berada di jalur untuk mengakhiri tahun dengan naik 53 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Jan 2022, 08:20 WIB
Ilustrasi tambang migas. Harga minyak mentah berjangka Brent turun 86 sen, atau 1,1 persen menjadi USD 78,67 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun 1 persen pada perdagangan Jumat. Namun jika dihitung secara tahunan, harga minyak membukukan kenaikan tahunan terbsar dalam 12 tahun.

kenaikan harga minyak sepanjang 2021 ini didorong oleh pemulihan ekonomi global dari kemesorotan yang diakibatkan pandemi Corona. Selain itu, kenaikan harga minyak ini juga didorong oleh pengetatan produksi oleh OPEC.

Mengutip CNBC, Sabtu (1/1/2022), pada hari terakhir tahun 2021, harga minyak mentah berjangka Brent berada di jalur untuk mengakhiri tahun dengan naik 53 persen. Sementara harga minyak mentah berjangka AS menuju kenaikan 57 persen.

Ini adalah kinerja terkuat untuk kedua kontrak acuan tersebut sejak 2009, ketika harga melonjak lebih dari 70 persen.

“Kami memiliki Delta dan Omicron dan segala macam penguncian dan pembatasan perjalanan, tetapi permintaan minyak tetap relatif kuat. Anda dapat mengaitkannya dengan efek stimulus yang mendukung permintaan dan pembatasan pasokan, ”kata Kepala Ekonom CommSec Craig James.

Namun, setelah naik selama beberapa hari berturut-turut, harga minyak terhenti pada hari Jumat karena kasus Covid-19 melonjak ke level tertinggi selama pandemi di seluruh dunia. Kenaikan terjadi dari Australia hingga Amerika Serikat, dipicu oleh varian virus corona omicron yang sangat menular.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 86 sen, atau 1,1 persen menjadi USD 78,67 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 80 sen atau 1 persen menjadi USD 76,19 per barel.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


OPEC+

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dengan harga minyak mendekati USD 80, James mengatakan dia mengharapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, dan Rusia beserta sekutu yang disebut dengan OPEC+, tetap pada rencana mereka untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari setiap bulan.

Selama ini OPEC+ telah mengurangi produksi tajam yang diterapkan pada 2020.

"Saya pikir kita akan melihat banyak tekanan pada OPEC+ untuk memastikan ada cukup minyak yang dipasok ke pasar," kata James.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya