1 Januari 2022: Update COVID-19 pada Tahun Baru di Dunia

Total kumulatif ada 287,9 juta kasus COVID-19 di tahun baru 2022.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 01 Jan 2022, 10:00 WIB
Seorang pria yang mengenakan masker untuk mencegah penyebaran COVID-19, melintasi jalan Champs Elysees, di Paris, Selasa (28/12/2021). Pihak berwenang Senin (27/12) telah memberlakukan pembatasan drastis sebelum Malam Tahun Baru. (AP Photo/Thibault Camus)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2022 memberikan semangat baru untuk sepenuhnya mengendalikan pandemi COVID-19. WHO berharap tahun ini negara-negara di dunia bisa mencapai 70 persen vaksinasi.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Sabtu (1/1/2021), total ada 287,9 juta kasus virus corona di seluruh dunia. Selama 28 hari terakhir, ada 22,2 juta kasus baru.

Berikut lima negara dengan kasus baru virus corona tertinggi dalam 28 hari terakhir:

1. Amerika Serikat: 5,4 juta kasus

2. Inggris: 2,4 juta

3. Prancis: 1,9 juta

4. Spanyol: 1,1 juta

5. Jerman: 1 juta

Vietnam masih mencatat kasus baru tertinggi di Asisa Tenggara dengan 448 ribu kasus pada 28 hari terakhir.

Kabar baiknya, angka kematian tidak melonjak menjelang akhir 2021. Menurut grafik mingguan Johns Hopkins University, angka kematian di pekan terakhir 2021 telah turun ke level November 2020.

Selama 2021, dunia juga berhasil menyuntik total 9 miliar dosis vaksin COVID-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Refleksi 2021 dari Satgas COVID-19 RI

Terkait sertifikat vaksinasi, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan hal itu belum direalisasikan saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (18/3/2021). (Tim Komunikasi Publik/Damar)

Sepanjang tahun 2021, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, berbagai peristiwa yang dinamis serta kebijakan yang adaptif diharapkan dapat menjadi refleksi dan penyemangat kita untuk tetap menjaga semangat dan konsistensi melawan COVID-19.

"Kita dapat melihat setiap momen penting penanganan berfokus pada tiap aspeknya. Di antaranya, pertama, pengendalian aktivitas masyarakat. Pemerintah melakukan ragam modifikasi pengendalian," ujar Wiku di Media Center, IS Plaza, Jakarta, ditulis Jumat (31/12/2021).

"Misal, pengendalian per daerah dengan awalnya Pemberlakuan Pembataasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali pada Januari hingga Februari pada beberapa kabupaten/kota tertentu yang mengalami kenaikan kasus. Lalu, penyesuaian lagi dengan perspektif mikro sebagai penanganan di hulu dengan penerapan PPKM Mikro dan pembentukan Posko Desa/Kelurahan."

Selanjutnya, ketika transmisi komunitas menyebabkan ledakan kasus atau gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021, sehingga mendesak adanya pengetatan melalui PPKM Darurat dan Pengetatan PPKM Mikro atau disebut micro lockdown.

"Setelah kasus konsisten turun, maka dibutuhkan pemulihan ekonomi masyarakat secara cepat, yang mana di tahun ini berada di rentang 3,7 - 4,5, maka ditetapkanlah instrumen pengendalian aktivitas masyarakat yang berkelanjutan dengan pendekatan level kabupaten/kota untuk menimbang seberapa besar pengetatlonggaran pengendalian di kabupaten/kota," lanjut Wiku.

"Khusus hari raya besar atau waktu libur yang sangat potensial menyumbang kenaikan kasus, Pemerintah menyusun skenario pengendalian sesuai kondisi kasus saat itu. Pada setiap peraturan yang dibuat, perencanaanya dilakukan jauh-jauh hari dan melibatkan lintas kementerian/lembaga untuk kesiapan implementasi kebijakan yang sigap."

 

Baca selengkapnya...


Infografis COVID-19:

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya