Liputan6.com, Jakarta - GMR Airports International selaku operator kebandaraan asal India mencium potensi besar penerbangan travel di Indonesia. Potensi ini diperkuat dengan adanya program 10 Bali Baru atau Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tengah digarap Pemerintah Indonesia.
"Indonesia punya potensi pariwisata yang sudah dikenal luas. Sekitar 1-2 tahun lalu kita mendengar Pemerintah Indonesia ingin membuat program 10 Bali baru. Satu Bali tidak cukup, jadi 10 Bali baru akan hadir," ujar CEO GMR International Puvan Sripathy di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, dikutip Sabtu (1/1/2022).
Melihat peluang ini, GMR Group segera membentuk perusahaan patungan dengan Aeroports de Paris Group (ADP) asal Perancis bernama GMR Airports Consortium.
Konsorsium ini menguasai 49 persen PT Angkasa Pura Aviasi yang akan menjadi pengelola Bandara International Kualanamu. Bandara ini diproyeksikan bakal jadi hub di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
"Jadi waktunya sudah tepat, lokasinya tepat, korporasinya sudah tepat, sehingga kita pikir ini waktu yang tepat untuk melakukannya," kata Sripathy.
Baca Juga
Advertisement
Titik Penghubung
Secara lokasi, Bandara Kualanamu juga dinilai cocok sebagai titik penghubung antara India dan Indonesia, dengan waktu penerbangan sekitar 5-6 jam. Selain itu, permintaan pasar untuk penerbangan di kedua negara juga tinggi.
"Jadi potensi dari Kualanamu terbuka untuk semua orang karena lokasinya. Ini jadi titik pusat dari Sumatera, dan secara geografis berada di tengah Asia Besar," ungkap Sripathy.
Oleh karenanya, GMR Airports Consortium tak ragu menjalin kontrak dengan PT Angkasa Pura II (Persero), dengan komitmen investasi Rp 56 triliun dalam 25 tahun untuk mengembangkan Bandara Kualanamu.
"Untuk itu kami datang untuk ikut mengembangkan meski tantangannya cukup besar. Jika kita bisa mengatasinya, itu akan membuka banyak kesempatan untuk penerbangan travel dan bisnis," tutur Sripathy.
Advertisement