Liputan6.com, Jakarta - Pandemi tidak dimungkiri telah berimbas pada cara kerja baru di sebuah perusahaan, tidak terkecuali divisi HR (Human Resources). Untuk itu, pemanfaatan teknologi digital kini menjadi salah satu andalan untuk menjalankan roda perusahaan.
Hal itu juga dilakukan oleh Senior HR Manager PT. Bambang Djaja, Mahmud Junaidi. Ia menuturkan, pandemi Covid-19 ini menjadi titik awal HR di perusahaannya melakukan transfromasi dari konvesional ke digital.
Advertisement
"Kalau dulu kami melakukan rekrutmen, model tatap muka, otomatis sekarang kami bergeser menggunakan platform digital. Situasi pandemi ini adalah titik tolak kami," tuturnya saat wawancara virtual dengan Tekno Liputan6.com.
Transformasi digital ini juga bukannya tanpa halangan. Oleh sebab itu, pria yang akrab disapa Cak Jun ini mewajibkan anggota timnya untuk familiar dengan platform digital yang mereka gunakan.
Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan internal, kelihaian dalam penggunaan platform digital juga menjadi salah satu nilai yang menjadi pertimbangan saat dirinya melakukan rekrutmen.
Sebagai contoh, dalam melakukan wawancara virtual, ia memakai beberapa platform digital, tidak hanya yang umum digunakan.
Cara ini digunakan untuk bisa memperkirakan apakah pelamar cukup adaptif dengan lapangan kerja, terutama platform digital yang memang sudah menjadi piranti utama. Meski memanfaatkan teknologi, cara wawancara yang dilakukan tidak berubah.
"Cara kami menilai kandidat tidak boleh berubah, tapi menyesuaikan, mulai dari background yang digunakan, persiapan teknis wawancara, termasuk komunikasi yang dilakukan saat wawancara," ujarnya.
Selain itu, Junaidi mengatakan perusahaannya juga memanfaatkan platform jasa penyedia sumber tenaga kerja, seperti Kormo Jobs. Ia menuturkan, platform ini membantu proses rekrutmen dari segi waktu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cara Perusahaan Sesuaikan dengan Pola Kerja Milenial
Selain pemanfaatan platform digital, salah satu tantangan yang juga dihadapi perusahaan adalah menyesuaikan budaya perusahaan dengan gernasi milenial.
Oleh sebab itu, Juanidi menuturkan, ia berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi generasi milenial.
"Saya sebenarnya bukan generasi milenial, tapi saya harus merekrut generasi milenial. Jadi, saya juga memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi milenial," ujarnya.
Salah satu yang dilakukan adalah memungkinkan pekerja ini tidak perlu memakai seragam, sehingga bisa memakai sepatu kasual. Selain itu, ia juga berupaya untuk meningkatkan kebersamaan antar karyawaan, terutama untuk generasi milenial.
Advertisement
Kembangkan Potensi
"Nilai-nilai itu yang seharusnya HR bangun, sehingga ada keterikatan terhadap lingkungan kerja dan membangun ekosistem. Jadi, kini di perusahan kami tidak didesain formal, ada jaringan internet kuat, smoking area, sehingga kantor itu tidak perlu formal lagi, yang penting output-nya," tuturnya.
Kendati demikian, belum semua perusahaan melakukan pendekatan seperti ini. Namun Junaidi menuturkan, generasi milenial yang fresh graduate tidak memilih-milih pekerjaan.
"Ambil semua kesempatan untuk mengembangkan potensi Anda. Ambil kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri Anda. Bangun kapasitas soft skill, kemampuan komunikasi, termasuk update terhadap perkembangan teknologi," ujarnya.
(Dam/Isk)
Infografis Kenali Fungsi Skrining Aplikasi PeduliLindungi untuk 6 Aktivitas
Advertisement