4 Angka yang Jelaskan Gejolak Pasar pada 2021

Berikut adalah empat angka yang menjadi sorotan pasar karena pergerakan yang signifikan

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jan 2022, 17:15 WIB
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, London - Sejak awal sudah jelas 2021 akan menjadi tahun berbeda bagi pasar modal usai gejolak pada 2020. Investor kembali sumringah bertaruh pada ketersediaan vaksin COVID-19 memadai alhasil potensi pertumbuhan ekonomi besar memicu lonjakan tajam harga saham.

Secara umum, pemikiran sebagian investor ada benarnya. Namun, menjelang penghujung tahun, Wall Street memutuskan tahun ini merupakan periode keberuntungan.

Walaupun begitu, narasi sederhana sering kali keliru karena para trader belajar untuk mengharapkan hal yang tidak terduga. Kenaikan inflasi yang belum pasti apakah sementara atau jangka panjang. 

Beberapa saham menjadi meme sehingga menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Bitcoin bergerak sangat fluktuaktif, mulai dari naik tinggi lalu jatuh kemudian meroket dan jatuh kembali.

Berikut adalah empat angka yang menjadi sorotan pasar karena pergerakan yang signifikan dilansir dari CNN, Sabtu (1/1/2021):

1982: Terakhir kali harga konsumen naik di Amerika Serikat

Kejutan ekonomi pada 2021 adalah inflasi yang cukup besar di Amerika Serikat (AS). Regulator lantas terguncang untuk mencari solusi supaya dapat mengatur negaranya guna memicu lebih banyak turbulensi pada 2022.

Lonjakan perminataan barang dan terhambatnya rantai pasokan menyebabkan harga meroket tajam. Kenaikan harga ini menjadi tercepat hampir selama empat dekade terkahir.

Situasi ini membuat ketidakpuasan politik dan memaksa bank sentral AS memutar kembali langkah-langkah kebijakan ekonominya. Salah satunya yang diharapkan adalah pemberian stimulus yang lebih cepat di era krisis ini.

Sejauh ini, sebagian besar pasar mengabaikan kekhawatiran inflasi. Di lain sisi sikap ini baik supaya tetap rendah hati. Pada Juni, Federal Reserve memperkirakan nilai inflasi yang disukai akan berjalan pada 3,4 persen pada 2021.

Kenyataannya, inflasi sudah jauh di atas sekitar 2 persen dari target The Fed. Data terakhir pada November menunjukkan inflasi sudah sebesar 5,7 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indeks S&P 500

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

70 : Indeks S&P 500 Berkali-kali Tuai Rekor Tertinggi

Pada Rabu, 29 Desember 2021, indeks S&P 500 menutup saham dengan level tertinggi selama karir go public perusahaan. Kalimat ini mungkin terdengar familiar karena indeks S&P sudah terus mengulang rekornya sebanyak 69 kali selama 2021.

Prestasi ini sebagai indikasi kemampuan besar perusahaan dan konsistensinya untuk terdorong lebih tinggi meskipun di tengah situasi ketidakpastian terkait lonjakan harga dan pandemi COVID-19.

Perwakilan LPL Financial Ryan Detrick berpendapat 2021 menjadi periode kedua yang hasilkan saham berada di nilai tertinggi. Tahun ini juga menjadi salah satu tahun terbaik bagi saham-saham tercatat. Indeks S&P 500 menurut tahun dengan kenaikan 27,6 persen.

Pencapaian 2021 bahkan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang mana hanya terjadi satu kemunduran sebesar 5 persen yang merupakan tradisi berulang rata-rata tiga tahun sekali.


Saham GameStop

(Ilustrasi saham GameStop) Dok: Unsplash/Michael Fortsch

100 juta: Jumlah Saham Gamestop yang Diperdagangkan Setiap Akhir Januari

Salah satu momen paling spektakuler selama 12 bulan tahun ini adalah perjalanan saham GameStop (GME). Saham ritel video gim ini meonjak signifikan sekitar 2.700 persen pada Januari.

Hal ini otomatis membangkitkan Wall Street dengan kekuatan pemegang saham di jaringan media sosial sperti Reddit, Discord dan Robinhood untuk terjadi kenaikan saham yang memukau.

Laporan Securities and Exchange Commission (SEC) mengungkapkan volume perpindahan saham antara 14-29 Januari amat besar. Rata-rata transaksi saham GameStop mencapai 100 juta ssaham per hari. Ini menunjukkan kenaikan sekurangnya 1.400 persen dari rerata pada tahun sebelumnya. Sampai saat ini GME masih naik 717 persen YoY meskipun margin kerugian kian membesar.


Kapitalisasi Pasar Kripto

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

2,2 Triliun : Kapitalisasi Pasar Global Aset Kripto

Kini sebagian pelaku pasar pasrah mengetahui aset kripto menjadi kelas aset yang sangat fluktuatif. Berdasarkan pergerakan bitcoin, pergerseran cryptocurrency atau aset kripto mempengaruhi kondisi pasang-surut pasar.

Bitcoin sebagai aset kripo paling kuat sempat menyentuh harga di atas USD 60.000 atau setara Rp 856,3 juta (asumsi kurs Rp 14.272 per dolar AS).

Sayangnya pada Maret 2021, bitcoin jatuh untuk pertama kali sebelum akhinya merosot kembali pada Mei, praktis membuat khawatir investor baru.

Namun, investor pemula tetap berprinsip bitcoin tetap memiliki harga. BTC naik ke level tertinggi senilai USD 68.789,63 pada November. Tentu saja, turun lagi pada Desember.

Di balik fluktuasi ini ada cerita yang lebih besar. Untuk pertama kalinya, banyak institusi mulai menganggap serius kripto. Raksasa pembayaran seperti Mastercard ( MA ) mengatakan pihaknya akan mulai menerima pembelian kripto di jaringannya.

Bank AS tertua membentuk unit "aset digital". Alhasil nilai pasar sebesar USD 2,2 triliun, meskipun tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan ukuran pasar saham global yang bernilai USD 120 triliun pada kuartal II. Namun, prestasi ini sudah menjadi tolak ukur yang baik untuk pertumbuhan di kemudian hari. 

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya