Liputan6.com, Jakarta - Keluarga berkumpul melepas kepergian pahlawan anti-apartheid Desmond Tutu di sebuah kebaktian pribadi di Katedral St. George yang digelar Minggu, 2 Januari 2022. Abu Tutu dikebumikan di Cape Town.
Dilansir dari CNN, Senin (3/1/2022), atas permintaannya, tubuh Desmond Tutu menjalani aquamasi. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ini memilih langkah tersebut yang dianggap sebagai alternatif lebih hijau untuk kremasi, demikian Gereja Anglikan Afrika Selatan mengonfirmasi kepada CNN, Sabtu, 1 Januari 2022.
Baca Juga
Advertisement
Aquamasi adalah proses berbasis air yang nama ilmiahnya adalah "hidrolisis alkali". Proses ini "kombinasi aliran air yang lembut, suhu, dan alkalinitas digunakan untuk mempercepat pemecahan bahan organik" ketika tubuh dikebumikan di tanah, menurut Bio-Response Solutions, sebuah perusahaan AS yang mengkhususkan diri dalam proses tersebut.
Situs perusahaan mengatakan proses itu "menggunakan energi 90 persen lebih sedikit daripada kremasi api dan tidak memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya." Menurut Asosiasi Kremasi Amerika Utara (CANA), hidrolisis basa kadang-kadang disebut sebagai kremasi tanpa api.
Tubuh ditempatkan dalam mesin hidrolisis alkali, terdiri dari ruang kedap udara yang diisi dengan larutan yang terbuat dari air dan bahan kimia alkali. Ruangan itu kemudian dipanaskan, mencairkan tubuh dan hanya menyisakan tulang, menurut situs web CANA.
Setelah tulang kering, lalu bisa dihaluskan. "Proses ini menghasilkan sekitar 32 persen lebih banyak sisa kremasi daripada kremasi berbasis api dan mungkin memerlukan guci yang lebih besar," menurut CANA.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peti Sederhana
Tutu diketahui sangat fokus untuk melindungi lingkungan. Ia memberi banyak pidato dan menulis banyak artikel mengenai perlunya bertindak untuk mengatasi krisis iklim.
Pada 2007, Tutu menulis sebuah artikel bertajuk "This Fatal Complacency" untuk Guardian. Dalam tulisannya, ia membahas dampak yang di Global South dan komunitas miskin, karena sebagian besar Amerika Utara dan Eropa belum menghadapi kondisi cuaca ekstrem yang disebabkan oleh darurat iklim saat ini.
Selain meminta alternatif ramah lingkungan untuk kremasi untuk tubuhnya, Tutu juga mengambil langkah lain untuk memastikan pemakamannya akan sesederhana gaya hidupnya. Tubuh Tutu dibaringkan dalam peti mati berbahan pinus sederhana yang merupakan "termurah yang tersedia" atas permintaannya, kata yayasannya.
Advertisement
Sosok Patriot
Desmond Tutu meninggal dunia di usia 90 tahun pada 26 Desember 2021. Semasa hidup, sosoknya begitu menginspirasi karena bekerja keras untuk hak warga sipil dan hak asasi manusia hingga mengakhiri apartheid di negaranya, Afrika Selatan.
Dalam sebuah pernyataan yang mengonfirmasi kepergian Tutu pada 26 Desember, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyatakan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman Tutu. Ia menyebut Tutu adalah "seorang patriot tanpa tandingan."
"Seorang pria dengan kecerdasan luar biasa, integritas dan tak terkalahkan melawan kekuatan apartheid. Dia juga lembut dan rentan dalam belas kasihnya bagi mereka yang telah menderita penindasan, ketidakadilan dan kekerasan di bawah apartheid, dan orang-orang yang tertindas dan tertindas di seluruh dunia," kata Ramaphosa, dilansir CNN.
Tutu telah sakit selama bertahun-tahun. Pada 2013, dia menjalani tes untuk infeksi persisten, dan dirawat di rumah sakit beberapa kali di tahun-tahun berikutnya.
Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan
Advertisement