Perusahaan di Nairobi Manfaatkan Eceng Gondok Jadi Bahan Bakar

Kenya mengembangkan eceng gondok untuk menjadi bahan bakar bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jan 2022, 16:32 WIB
Rawapening terancam Eceng Gondok (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Nairobi - Sebuah perusahaan pemasok energi ramah lingkungan berbasis di Nairobi mengubah tanaman eceng gondok yang invasif menjadi bahan bakar bersih untuk memasak bagi warga Kenya.

Proyek ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kayu bakar, yang menambah emisi gas rumah kaca dan mengganggu kesehatan mereka yang menghirupnya. Demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (3/1/2022).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun hampir empat juta orang meninggal sebelum waktunya karena penyakit terkait polusi udara rumah tangga akibat praktik memasak yang tidak efisien, penggunaan tungku pembuat polusi serta bahan bakar padat dan minyak tanah.

Di pinggiran Danau Victoria, pemasok energi hijau berbasis di Nairobi, Biogas International membuat proyek percontohan yang mengubah eceng gondok menjadi bahan bakar untuk memasak.

Para pekerja memanen tanaman invasif itu, kemudian menggilingnya dengan mesin untuk menghasilkan campuran yang dimasukkan ke mesin pengolah biogas.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Manfaat Eceng Gondok

Sampah bercampur eceng gondok di Situ Pengarengan, Depok, Jawa Barat, Minggu (10/10/2021). Sampah dan sedimentasi lumpur menjadi pemandangan baru di Situ Pengarengan akibat proyek normalisasi yang dikerjakan oleh DPUPR Kota Depok tidak berjalan sejak hampir sebulan. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Daniel Odhiambo, supervisor di fasilitas Biogas Internasional itu mengatakan, sebagian orang yang belum menyadari manfaat eceng gondok menganggapnya sebagai ‘kutukan.’ Padahal eceng gondok dapat membersihkan air, menjadi bahan biogas, bahan baku membuat kertas, kursi dan furnitur lainnya.

Melalui kemitraan dengan perusahaan farmasi raksasa AstraZeneca, Biogas International melarang penggunaan bahan bakar kayu. Mereka memberi pengolah biogas untuk 50 keluarga di Kisumu, Kenya.

"Di Afrika, 70 sampai 80 persen populasi di sub-Sahara menggunakan bahan bakar kayu. Sementara itu ada banyak spesies invasif ini di sekitar kita. Kalau kita menebang pohon untuk dijadikan arang atau kayu bakar, kita mengurangi penyerap karbon," ujar CEO Biogas International, Dominic Kahumbu.

Menurut Kahumbu, sebagian besar pengolah biogas diberikan kepada warga lansia yang rentan mengidap gangguan kesehatan akibat asap dari bahan bakar kayu.

Eceng gondok telah menyelimuti Danau Victoria dan berdampak negatif terhadap ekosistem karena menghalangi makhluk hidup di danau itu mendapatkan cukup cahaya matahari. Tanaman ini juga mendorong perkembangbiakan nyamuk di sekitar Danau Victoria. Tetapi Kahumbu mengatakan eceng gondok memiliki beberapa manfaat.

"Manfaat terbesar eceng gondok adalah menghasilkan biogas yang sangat baik. Zat-zat gizi yang masuk sungai dari berbagai kota sampai ke hilir, berakhir di danau. Eceng gondok menyerap zat-zat gizi itu. Kita memanen eceng gondok, kita dapatkan kembali zat-zat gizi, dan kita juga mendapatkan energi," katanya.

Menurut pedagang ikan di tepian Danau Victoria, biogas lebih murah daripada kayu bakar.

Esther Ongoye mengatakan setiap hari ia mengeluarkan 600 shilings untuk kayu bakar, sedangkan rekannya yang membeli biogas mengeluarkan 300 shilings. Sayangnya biogas tidak mudah tersedia sehingga ia masih menggunakan kayu bakar.

 


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19:

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya