Liputan6.com, Jakarta - Kasus peleburan Lembaga Eijkman yang dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat sorotan netizen di Twitter.
BRIN adalah lembaga baru di pemerintahan Jokowi. Megawati Soekarnoputri dipilih sebagai Dewan Pengarah.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu hal yang disorot netizen adalah anggaran influencer pemerintah yang fantastis, bahkan menyaingi anggaran Lembaga Eijkman.
Berikut penjelasannya berdasarkan data Liputan6.com dan Merdeka.com:
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Anggaran Influencer Versus Ilmuwan Vaksin
Adu jumlah anggaran itu berdasarkan data 2020 dan 2021.
Pada 2020, Kementerian Riset dan Teknologi mengalokasikan anggaran khusus untuk Satker Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan total Rp28,8 miliar, untuk bidang riset dialokasikan sebesar Rp 10,5 miliar.
Impian eks-Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro adalah agar Eijkman bisa menjadi unggulan dan rujukan nasional di biologi molekuler.
Sementara, total anggaran influencer pemerintah 2017-2020 membengkak hingga nyaris 90 miliar. Hal itu menuai kritikan dari Indonesian Corruption Watch (ICW).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan ketahuan mengeluarkan Rp 114.400.000 pada 2019 lalu, Tujuannya untuk sosialisai bersama Gritte Agatha dan Ayushita W.N.
Fungsi dari humas pemerintah lantas dipertanyakan.
"Ini terkesan pemerintah pada kebiasaan jalan pintas. Artinya lebih memilih dengan menggunakan influencer dibanding humasnya," ujarnya peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Egi Primayogha.
Advertisement
Anggaran Influencer
ICW mencatat bahwa anggaran influencer berangsur mengalami penurunan, meski sempat meroket di 2018, turun di 2019, lalu malah naik lagi di 2020 ketika pandemi COVID-19.
Tahun 2018 anggarannya mencapai Rp 56,55 miliar, kemudian mencapai Rp 6,67 miliar pada 2019, dan di tahun 2020 mencapai Rp 9,53 miliar.
Sementara itu, kini peneliti Eijkman menghadapi sejumlah pilihan karier, salah satunya ikut tes CPNS atau PPPK.
Opsi pertama, PNS periset dilanjutkan menjadi PNS BRIN sekaligus diangkat sebagai peneliti.
Opsi kedua, honorer periset usia di atas 40 tahun dan S3 dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PPPK 2021, dan opsi ketiga yakni honorer periset usia kurang dari 40 tahun dan S3 dapat mengikuti penerimaan ASN jalur PNS 2021.
Pada opsi keempat, honorer periset non-S3 dapat melanjutkan studi dengan skema by-research dan research assistantship (RA), sebagian ada yang melanjutkan sebagai operator lab di Cibinong, Jawa Barat bagi yang tidak tertarik melanjutkan studi.
Lalu opsi kelima, honorer non-periset diambil alih RSCM sekaligus mengikuti rencana pengalihan Gedung LBM Eijkman ke RSCM sesuai permintaan Kemenkes yang memang memiliki aset tersebut sejak awal.
Infografis COVID-19:
Advertisement