Liputan6.com, Jakarta - Sebuah patung bertajuk "Pillar of Shame" di Hong Kong menampilkan setumpuk wajah yang menjerit dan tubuh yang berkerut. Patung ini mengabadikan tragedi pembantaian di Lapangan Tiananmen pada 1989 silam.
Dilansir dari CNN, Selasa (4/1/2022), patung ini tidak bukan hanya sebagai pengingat masa lalu yang kelam, tetapi bagi banyak orang juga sebagai lambang kebebasan berbicara di Hong Kong. Patung tersebut awalnya diletakkan di University of Hong Kong (HKU).
Namun, kehadiran patung ini telah lama dianggap sebagai penentu sensor artistik di Hong Kong. Patung "Pillar of Shame" dibongkar pada 23 Desember 2021 lalu. Pembongkaran patung bagi beberapa siswa menjadi tanda lain dari cengkeraman Beijing yang semakin ketat.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan membongkar pilar ini, kita bisa melihat bahwa kebebasan kita direnggut, sedikit demi sedikit, hari demi hari," kata seorang mahasiswa di kampus keesokan paginya.
"Ini mengingatkan saya bahwa (Partai Komunis China) adalah rezim yang tidak sah," lanjut mahasiswa lainnya.
CNN tidak mengungkap nama mahasiswa yang diwawancara karena beberapa dari mereka takut akan pembalasan dari pihak berwenang. Namun, profesor emeritus HKU, John Burns, lebih terbuka dalam kritiknya.
Menghilangkan tugu peringatan atas tindakan keras militer berdarah terhadap sebagian besar pengunjuk rasa mahasiswa yang tidak bersenjata menunjukkan "erosi lebih lanjut dari otonomi relatif HKU dari negara China," katanya melalui email.
"HKU bukan departemen pemerintah dan tidak perlu berlangganan propaganda resmi tentang insiden Tiananmen," tambah Burns. "Sejauh ini belum. Namun, pemindahan patung itu membuat HKU dan Hong Kong semakin dekat dengan status amnesia resmi tentang Tiananmen."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pembantaian di Masa Lalu
Dilansir dari BBC, Selasa (4/1/2021), "Pillar of Shame" menunjukkan tumpukan mayat untuk memperingati ratusan atau mungkin ribuan pengunjuk rasa pro-demokrasi yang dibunuh oleh otoritas China pada 1989. Itu adalah salah satu dari sedikit memorial publik yang tersisa di Hong Kong yang memperingati insiden tersebut.
Penghapusannya terjadi ketika Beijing kian menindak perbedaan pendapat politik di Hong Kong. Kota ini dulunya adalah salah satu dari sedikit tempat di China yang mengizinkan peringatan publik atas protes Lapangan Tiananmen, sebuah topik yang sangat sensitif di negara tersebut.
Pada 1989, Lapangan Tiananmen Beijing menjadi pusat demonstrasi yang menyerukan kebebasan politik yang lebih besar. Ribuan orang berkemah selama berminggu-minggu di alun-alun, tetapi pada Juni militer masuk dan pasukan melepaskan tembakan.
Pemerintah China mengatakan 200 warga sipil dan banyak personel keamanan tewas. Perkiraan lain berkisar dari ratusan hingga 10.000 orang.
Advertisement
Goddess of Democracy
Pembongkaran patung tidak hanya terjadi di HKU. Pada Malam Natal, dua institusi lain, yakni Chinese University of Hong Kong (CUHK) dan Lingnan University membongkar penggambaran sosok yang dikenal sebagai "Goddess of Democracy" di kampus.
Patung tersebut menampilkan seorang perempuan memegang obor menyala di atas kepalanya. Ini adalah patung asli pertama kali yang didirikan oleh mahasiswa di Lapangan Tiananmen selama protes pro-demokrasi 1989 dan dihancurkan oleh militer China selama penumpasan.
Chen Weiming, seniman China-Selandia Baru yang berada di balik replika perunggu di CUHK, menyebut pembongkaran patung menunjukkan akhir dari "satu negara, dua sistem," prinsip yang melindungi kebebasan berekspresi Hong Kong. "Sekarang ini satu negara, satu sistem," katanya.
Seperti badan pengatur HKU yang menyebut bahwa pihaknya bertindak "berdasarkan nasihat hukum eksternal dan penilaian risiko," Lingnan University menyebut kepada CNN bahwa keputusannya mengikuti tinjauan terhadap "barang-barang di kampus yang dapat menimbulkan risiko hukum dan keselamatan." CUHK mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "tidak pernah mengizinkan tampilan" patung di halamannya.
Pihak berwenang di City University of Hong Kong, institusi lain di wilayah itu, dilaporkan memerintahkan serikat mahasiswanya untuk menghapus replika "Goddess of Democracy" dari kampusnya. Universitas menyebut kepada CNN bahwa mereka hanya pernah memberikan izin untuk patung itu berdiri hingga 31 Maret 2021, tetapi tidak mengomentari apakah ini berarti patung itu akan dipindahkan secara paksa.
Infografis Gejolak Panjang di Hong Kong
Advertisement