Liputan6.com, Phnom Penh - Myanmar memiliki "semua alasan pemicu terciptanya perang saudara," kata Kamboja yang merupakan ketua ASEAN 2022. Kamboja memperingatkan hal tersebut menjelang kunjungan Perdana Menteri Hun Sen ke negara yang dilanda krisis tersebut.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (5/1/2022), Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu, dengan lebih dari 1.400 orang tewas dalam tindakan kekerasan terhadap perbedaan pendapat oleh pasukan keamanan, menurut kelompok pemantau lokal.
Hun Sen, yang negaranya tahun ini menjabat sebagai ketua bergilir Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), akan mengunjungi Myanmar pada Jumat dan Sabtu ini dalam upaya meredakan krisis.
Namun Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn memperingatkan prospek itu mengerikan.
Baca Juga
Advertisement
"Krisis politik dan keamanan di Myanmar semakin dalam, dan telah menyebabkan (suatu) krisis ekonomi, kesehatan dan kemanusiaan," katanya.
"Kami merasa bahwa semua alasan untuk perang saudara sekarang ada di atas meja."
"Sekarang ada dua pemerintahan, ada beberapa angkatan bersenjata, orang-orang sedang menjalani apa yang mereka sebut gerakan pembangkangan sipil dan (ada) perang gerilya di seluruh negeri."
Dia berbicara pada hari Senin yang diselenggarakan oleh think-tank yang berbasis di Singapura, ISEAS-Yusof Ishak Institute.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Konsensus ASEAN
Acara ini diadakan di bawah Aturan Rumah Chatham, yang berarti pembicara harus memberikan izin sebelum komentarnya dilaporkan untuk memfasilitasi keterbukaan.
Kementerian luar negeri Kamboja pada Selasa (4/1) memberi izin kepada AFP untuk melaporkan komentarnya.
Prak Sokhonn menolak kritik bahwa kunjungan Hun Sen akan melegitimasi junta, dan mengatakan "perhatian Kamboja adalah untuk memperbaiki situasi di Myanmar".
Upaya akan tetap fokus pada peta jalan perdamaian dan "konsensus lima poin" yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN tahun lalu, katanya.
Kunjungan tersebut bertujuan "membuka jalan bagi kemajuan" dengan "menciptakan lingkungan yang kondusif untuk dialog inklusif dan kepercayaan politik di antara semua pihak terkait".
Sejak kudeta, hanya ada sedikit tanda kemajuan.
Kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar telah ditunda setelah junta menolak mengizinkannya bertemu dengan pemimpin sipil terguling Aung San Suu Kyi.
Advertisement