Potensi Kerugian Akibat Bencana Perubahan Iklim Capai Rp 544 Triliun hingga 2024

Sampai 2024 diperkirakan kerugian ekonomi akibat berbagai bencana perubahan iklim ini cukup besar, dan harus diantisipasi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Jan 2022, 10:30 WIB
Suasana banjir akibat tanggul jebol di Desa Sumberurip Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/2/2021). Banjir akibat luapan sungai Citarum mengakibatkan 5 Desa terisolir selama tiga hari akibat tanggul sungai Citarum jebol. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Terdapat berbagai ancaman bencana yang bisa terjadi akibat dampak perubahan iklim atau climate change bagi Indonesia. Tak main-main, kerugian ankibat bencana mencapai Rp 544 triliun hingga 2024.

Mengantisipasi hal itu, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam mengatakan, Bappenas melakukan kerjasama dengan kementerian dan lembaga lain, seperti dengan BMKG, agar punya proyeksi antisipasi menghadapi perubahan iklim ke depan.

"Dan kelihatannya memang ini harus jadi catatan kita, karena ternyata proyeksi perubahan iklim ke depan untuk Indonesia ini bisa dibilang agak kurang baik, karena perubahan global tentunya akan berindikasi ke Indonesia," ujar Medrilzam, Kamis (6/1/2022).

Sebagai contoh, ia mengatakan suhu di Indonesia makin lama akan makin meningkat, baik di laut maupun di daratan. Kenaikan suhu ini tentunya akan berdampak ke berbagai hal, termasuk dalam konteks gelombang tinggi di lautan Indonesia, wilayah pesisir jadi sangat rentan, hingga ancaman kondisi ekstrem.

"Kondisi ekstrem mungkin akan sering terjadi di mana-mana, baik itu ekstrem basah maupun kering. Kalau basah bisa terjadi longsor, kering dan sebagainya. Kalau kering bisa kebakaran terjadi di mana-mana," sebutnya.

Situasi ini jelas akan berpengaruh pada sisi produktivitas di sektor pertanian, terutama padi. Tak main-main, ancaman kerugiannya bisa mencapai Rp 78 triliun.

"Kebetulan kami melakukan asesmen terhadap kondisi produksi padi di Indonesia. Kalau kita masih business as usual tentunya ini akan berdampak sangat besar, terutama potensi penurunan produksinya dalam konteks padi," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Proyeksi Kerugian

Warga berdiri di dekat banjir akibat tanggul jebol di Desa Sumberurip Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/2/2021). Banjir akibat luapan sungai Citarum mengakibatkan 5 Desa terisolir selama tiga hari akibat tanggul sungai Citarum jebol. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Di satu sisi, masyarakat juga terus menghadapi ancaman bencana. Perubahan iklim jelas sudah dirasakan, khususnya dalam 5 tahun terakhir saat dampak La Nina terasa sangat kuat. Potensi kerugian akan bencana dari pesisir dan lautan pun jadi yang terbesar, hingga mencapai Rp 408 triliun.

"Catatan dalam teman-teman BNPB, hampir 99 persen di 2020 bencana alam yang terjadi di Indonesia terkait dengan hydrometeorologi. Bencana lain seperti tektonik, vulkanik itu kecil," ungkapnya.

Jika ditotal, Medrilzam pun mewanti-wanti, kerugian akibat perubahan iklim ini bisa mencapai Rp 544 triliun bila kita tidak bisa menanggulanginya.

"Proyeksi kerugiannya sudah dihitung. Sampai 2024 diperkirakan kerugian ekonomi akibat berbagai bencana perubahan iklim ini cukup besar, dan harus kita antisipasi bagaimana mengurangi potensi kerugian yang kita hadapi akibat bencana ini," serunya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya