Melihat Prospek Bank Digital pada 2022

Analis menilai, hal yang menjadi fokus menentukan saham bank digital yaitu memiliki potensi valuasi menarik ke depan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Jan 2022, 21:43 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Awal 2022, bank digital kembali menarik perhatian pelaku pasar modal. Salah satunya yakni PT Allo BAnk Indonesia Tbk (BBHI) yang menambah modal melalui rights issue.

Tak tanggung-tanggung, BUkalapak Tbk (BUKA), CT Grup, hingga Grup Salim turut andil dalam aksi tersebut sebagai investor strategis. Perkembangan bank digital menjadi menarik di era disrupsi saat ini.

Namun begitu, pengamat pasar modal, Reza Priyambada menilai pada dasarnya bank digital tetap saja bank. Sehingga ia menilai prospek secara fundamental akan merujuk pada kinerja bank, termasuk dari penyaluran kredit.

"At the end yang namanya bank tentunya harus kita lihat pertumbuhan pendapatan bunga, penyaluran kredit, kecukupan modal, dan lainnya,” kata Reza kepada Liputan6.com, Kamis (6/1/2022).

Senada, sebelumnya Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menggarisbawahi, bahwa bisnis perbankan pada dasarnya bukanlah bisnis musiman. Apalagi mengingat teknologi digital yang diusung, bisnis ini disebut masih akan berumur panjang.

"Artinya, selama perkembangan teknologi masih terbuka luas di Indonesia, tentu saja Bank Digital masih akan terus menggeliat,” ujar Nico.

Sejauh ini, Nico mengatakan yang menjadi fokus adalah menentukan saham-saham bank digital mana yang memiliki potensi valuasi menarik di masa yang akan datang. Sebab menurut dia, tidak semua bank di Indonesia mampu menunjukkan kapasitas menjadi bank digital.

"Oleh sebab itu, pilihannya sebetulnya sedikit. Untuk itu, ketika harganya sedang berada di bawah, membeli untuk masa depan merupakan suatu pilihan,” ujar Nico.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Masih Tahap Kompetisi

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas, Nico Laurens menilai bank-bank digital saat ini masih dalam tahap kompetisi. Sehingga siapa investor di belakangnya menarik untuk dicermati.

Di antaranya seperti Bank Neo Commerce (BBYB) dengan pemegang saham mayoritas PT Akulaku Silvrr Indonesia. Kemudian ada Bank Jago Tbk (ARTO) yang didukung oleh Goto Grup. Lalu ada LINE Bank yang didukung oleh Mizuho Bank, Sea Bank oleh Shopee, Blu oleh Bank Central asia Tbk (BBCA), Motion Banking oleh MNC Grup, serta Allo Bank.

“Sebenarnya industri ini trennya sudha lumayan kelihatan, shifting dari bank konvensional ke bank digital meningkat. Beberapa digital bank dari sisi active user trennya juga meningkat tiap bulan, profitabilitas juga makin kelihatan,” kata Nico.

Selain itu, bank digital dinilai mampu mengubah komposisi dari funding agar lebih murah. Sehingga tidak bergantung ada deposit yang menurut Nico secara Cost of Fund (CoF)-nya lebih mahal.

"Asal yield nya ke-maintain, CoF turun, opex makin efisien, secara bisnis model NIM (Net Interest Margin)-nya bakal ke maintain,”

"Bank yang akan jadi pemenang ke depannya adalah bank yang mau convert dari user jadi transaction,” ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya