Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan kisah wanita yang menjual kentutnya. Benar saja, mantan bintang reality TV, Stephanie Matto terbilang sukses dengan bisnis uniknya. Caranya pun juga unik, dengan memasukkan kentut ke dalam toples hingga menjualnya ke para pelanggannya. Jutaan hingga miliaran uang berhasil ia dapatkan. Hingga belakangan dikabarkan dirinya memutuskan untuk pensiun.
Sebagaimana mengutip dari New York Post (7/1/2022), Matto memutuskan berhenti setelah mendapatkan keuntungan hingga Rp 2,8 miliar dari bisnis kentutnya. Padahal sebelumnya, mantan bintang acara 90 Day Fiance di Amerika Serikat (AS) ini menjual setiap toplesnya mencapai 1.000 dollar AS atau setara Rp 14,22 juta.
Baca Juga
Advertisement
Dalam sepekan, Matto mengaku bisa menghasilkan 50.000 dollar AS atau Rp 718 juta dari penjualan kentutnya. Sebuah bisnis unik dan menggiurkan, hingga dirinya mendadak dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kabar wanita penjual kentut ini segera menyebar dan menjadi perhatian masyarakat. Berikut Liputan6.com merangkum selengkapnya kabar penjual kentut yang kini pensiun melansir dari berbagai sumber, (7/1/2022).
Rasakan Sesak di Dada
Terlepas dari keuntungannya yang menggiurkan, setiap pekerjaan ada risiko yang membebani. Begitu pula dengan yang dialami oleh Stephanie Matto dengan pekerjaannya menjual kentut. Melansir dari Jam Press, Matto dilarikan ke rumah sakit karena mengeluhkan rasa sakit di dada.
“Saya pikir saya mengalami stroke dan ini adalah saat-saat terakhir saya. Aku berlebihan,” ujar Matto kepada Jam Press.
Pemeriksaan darah dan serangkaian tes lainnya telah dilakukan pihak dokter. Yang menyimpulkan bahwa rasa sakitnya adalah akibat dari dietnya yang kerap memakan kacang dan telur yang untuk memicu kentut.
Advertisement
Sering Memaksa Kentut
Bisnis kentut yang dilakukan oleh Matto ialah menjual produk kentutnya sendiri. Tak heran, untuk memicu kentut butuh komposisi makanan yang berbeda dari umumnya. Terlebih kebanjiran orderan membuatnya harus lebih sering kentut untuk mencukupi pesanan pelanggan.
Tak lain ialah konsumsi kacang dan telur berprotein tinggi inilah yang menjadi pemicu kentut berlebihan. “Saya ingat dalam satu hari saya minum sekitar tiga protein shake dan semangkuk besar sup kacang hitam,” katanya.
Namun terlalu banyak memakan keduanya berakibat tekanan gas dari perut menuju dada. “Saya tahu ada sesuatu yang tidak beres malam itu, sangat sulit untuk bernapas, dan setiap kali saya mencoba menarik napas, saya merasakan sensasi mencubit di sekitar jantung saya,” kata Matto kepada Jam Press.
Berhenti Jual Kentut
Bisnis yang berakibat buruk pada kondisi kesehatannya ini tentu menjadikan pilihan berat bagi dirinya. Terlebih setelah kejadian sesak di dada yang kemudian dokter menyarankan untuk mengatur pola makan yang sehat.
“Saya disarankan untuk mengubah pola makan dan minum obat penekan gas, yang secara efektif mengakhiri bisnis saya,” tutur Matto.
Advertisement