Anak Hamil di Luar Nikah, Ini yang Bisa Dilakukan Orangtua Menurut Psikolog

Apa yang bisa dilakukan orangtua saat anak hamil di luar nikah?

oleh Diviya Agatha diperbarui 08 Jan 2022, 15:42 WIB
Ilustrasi Orangtua dan Anak Remaja Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, YouTuber Farida Nurhan membagikan kisahnya terkait putri semata wayangnya yang hamil di luar nikah.

Sebelumnya, hal tersebut juga terjadi pada wanita yang kerap disapa dengan sebutan Omay tersebut.

Farida Nurhan diketahui hamil saat berada di bangku SMA. Ia pun harus berhenti sekolah mengingat kondisi kandungannya yang kian membesar. Pada 2001, Farida memulai perjalannya ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Singapura hingga Hong Kong.

Kondisi yang terjadi pada putrinya yang hamil di luar nikah membuat Farida sempat menyalahkan dirinya sendiri. Namun dari sana, ia mengaku tengah berusaha untuk memperbaiki diri dan mendekatkan dirinya kembali dengan sang putri.

Sebagai orangtua, berada pada situasi tersebut pasti bukanlah suatu hal yang mudah. Rasa marah, kecewa, bingung, dan sedih mungkin saja muncul secara bersamaan.

Namun, apa yang bisa dilakukan orangtua saat anak hamil di luar nikah menjadi hal yang tak kalah penting untuk diketahui. Lalu, apa yang bisa dilakukan?

Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, sebenarnya tidak ada formula khusus yang bisa dilakukan. Mengingat hal tersebut harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga. Ternyata, dukungan yang tepat menjadi hal terbaik yang dapat diberikan.

"Ini sebenarnya kondisi-kondisi yang menyebabkan krisis, menyebabkan permasalahan yang dihadapi oleh si anak itu. Kalau sebagai keluarganya, maka yang paling penting dilakukan adalah memberikan rasa aman dan nyaman pada si anggota ini," kata Anna saat dihubungi Health Liputan6.com ditulis Jumat (7/1/2022).

Menurut Anna, rasa aman dan nyaman yang diberikan bisa membantu anak untuk berpikir lebih jernih terkait langkah apa yang harus diambil selanjutnya. Sehingga penting untuk membuat anak merasa ada dukungan dari keluarga.

"Itu tadi yang penting sekali untuk kita lakukan adalah bagaimana membuat si orang ini bisa merasa didukung oleh keluarganya," kata Anna.

"Kalau misalnya keluarga memang merasa ini nih sebetulnya membuat permasalahan gitu, oke, tapi sebagai keluarga itu yang sangat dibutuhkan itu sebenarnya dukungan," tambahnya.


Mengesampingkan emosi

Anna mengungkapkan, rasa kesal, jengkel, dan lain sebagainya juga mungkin muncul. Namun mengesampingkan emosi tersebut untuk mencari jalan keluarlah yang sebenarnya begitu penting untuk dilakukan.

"Jadi di luar bahwa kita merasa kesal, kita jengkel, dan lain sebagainya, kita perlu memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk memberikan dukungan, rasa aman, dan nyaman kepada si orang tersebut," ujar Anna.

Dalam hal ini, Anna mengungkapkan bahwa dukungan yang diberikan dapat berupa tindakan dan ucapan yang tidak menghakimi si anak, karena tindakan menghakimi justru dapat membuat anak merasa terancam dan tidak didukung.

Bahkan, anak pun bisa mencari orang lain lagi untuk perlindungan, yang mana sebenarnya justru dapat menjauhkan anak dari keluarganya.

"Mungkin kita merasa ini salah, cuma usahakan untuk tidak menghakimi karena jika kita menghakimi, kita menyalahkan, kita nyalah-nyalahin orang terus kemudian membabi-buta,"

"Itu justru akan membuat si orang ini merasa dia diancam. Dia merasa dia tidak didukung oleh keluarga dan kemungkinan dia akan mencari orang lain lagi dan bisa saja dia menjauh dari keluarganya," kata Anna.


Solusi terbaik saat tenang

Tak hanya itu, Anna mengungkapkan bahwa ketika suasana sudah lebih tenang, maka solusi bisa dipikirkan bersama dengan lebih bijak lagi. Dalam hal ini, masalah benar dan salah juga perlu berhenti dihiraukan. 

"Mau benar, mau salah, yang penting tenang dulu. Kita (orangtua) akan berusaha melindungi kamu (anak). Jadi kemudian nanti ketika suasana sudah lebih tenang, baru kita pikirkan bersama-sama apa yang bisa kita lakukan supaya kondisinya menjadi lebih baik," ujar Anna.

Kondisi yang lebih baik sendiri juga tidak bisa kita rumuskan. Menurut Anna, itu sangat tergantung pada kondisi masing-masing orang.

"Tapi yang penting sebelum kita mencapai kondisi terbaik itu, si orang ini yang sedang dalam masalah, merasa dulu bahwa dia itu punya orang-orang di sekitarnya yang bisa dia andalkan, yang bisa buat tempat dia berlindung dan membuat dia nyaman," tambahnya.


Infografis

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya