Liputan6.com, Jakarta - Pada 2022, reksa dana berbasis saham dinilai lebih moncer ketimbang reksa dana berbasis obligasi. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menuturkan, untuk pasar saham sendiri disokong oleh sentimen positif terkait kinerja ekonomi yang terus mencatatkan perbaikan.
Sementara reksa dana berbasis obligasi telah mencatatkan kinerja yang cukup baik selama beberapa tahun terakhir. Sehingga dinilai akan cukup sulit mempertahankan kinerjanya di tengah tapering yang dipercepat dan rencana kenaikan suku bunga berbagai bank sentral di seluruh dunia.
Advertisement
"Reksa dana dengan jenis saham digadang-gadang menjadi jenis yang akan membukukan kinerja baik pada tahun 2022. Namun harus diakui memang, kinerja reksa dana saham kalah dibandingkan IHSG dalam beberapa tahun terakhir ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (7/1/2022).
Sebagai gambaran, sepanjang 2019 hingga 2021, secara berturut-turut kinerja rata-rata reksa dana saham adalah -14.20 persen, – 10.29 persen dan +1.03 persen. Kinerja ini terbilang cukup mengecewakan jika dibandingkan IHSG pada waktu yang sama sebesar +1.7 persen, -5.09 persen dan +10.08 persen.
Salah satu penyebab utama mengapa lebih banyak reksa dana saham yang performanya di bawah IHSG adalah minim atau tidak adanya sektor teknologi atau terkait digital dalam portofolio investasi.
“Akibatnya pada sektor teknologi dan digital mengalami kenaikan harga yang signifikan dan menjadi penggerak IHSG, banyak reksa dana saham yang ketinggalan,” tutur Rudiyanto.
Salah satu pertimbangan utama mengapa sektor ini tidak menjadi portofolio reksa dana, yakni lantaran valuasinya yang sangat mahal. Di sisi lain, Rudiyanto menilai dari sisi fundamentalnya, perusahaan teknologi relatif masih belum membukukan keuntungan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Potensi Pertumbuhan Reksa Dana
Dengan asumsi ekonomi RI akan semakin mendekati normal pada tahun ini, serta harga komoditas yang tinggi sehingga menopang perbaikan kinerja laporan keuangan, harga wajar IHSG diperkirakan dapat mencapai level 7400 – 7600 atau setara 12,4 – 15,4 persen pada 2023.
Perekonomian yang kembali normal ini juga diharapkan dapat membuat investor saham kembali beralih pada sektor "old economy" yang valuasinya sudah relatif murah. Reksa dana yang kinerjanya di bawah IHSG diharapkan dapat mengejar ketinggalannya pada tahun depan.
"Dengan mempertimbangkan data historis yang masih di bawah IHSG, diperkirakan reksa dana saham dapat mengalami kenaikan 8 – 15 persen pada tahun depan,” ujar dia.
Advertisement