Liputan6.com, Washington, DC - Pada 8 Januari 1964, Presiden Lyndon Johnson mengumumkan bahwa pemerintahannya akan melawan kemiskinan (war on poverty). Deklarasi itu diungkap saat pidato nasional tahunan presiden, State of the Union (SOTU).
Pada pidatonya, Presiden Lyndon Johnson turut menyorot nasib orang Amerika yang susah karena faktor kemiskinan dan ras.
Baca Juga
Advertisement
"Banyak rakyat Amerika yang hidup di pinggiran harapan, sebagian karena kemiskinan, dan sebagian karena warna kulit mereka, dan banyak lagi karena keduanya. Tugas kita adalah menggantikan rasa putus asa mereka dengan peluang," ujar Presiden Johnson dalam pidatonya, dikutip dari The American Presidency Project di situs UC Santa Barbara, Jumat (7/1/2021).
"Administrasi hari ini, di sini dan sekarang, mendeklarasikan perang tanpa syarat kepada kemiskinan di Amerika," ucap Presiden Johnson.
Strategi yang ia ambil adalah sinergi antara pusat dan daerah. Ia berkata kemiskinan tak akan bisa diselesaikan dari ibu kota saja, tetapi segala tempat.
Fokus utama dari Presiden Johnson adalah adanya sekolah, layanan kesehatan, rumah, pelatihan, dan kesempatan kerja yang lebih baik untuk menolong masyarakat, terutama yang masih muda.
"Seringnya ketiadaan kerja atau uang bukan bukanlah penyebab kemiskinan, tetapi gejalanya. Penyebabnya mungkin lebih dalam lagi yakni kegagalan kita untuk memberikan rekan-rekan kita sebuah kesempatan yang adil untuk mengembangkan kapasitas mereka, karena kurangnya pendidikan dan pelatihan, kurangnya layanan kesehatan dan perumahan, kurangnya komunitas yang baik untuk hidup dan membesarkan anak-anak mereka," ucap Presiden Johnson.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bagaimana Hasilnya?
War on Poverty mendapatkan tanggapan beragam dari para sejarawan. Situs konservatif The Heritage berkata dengan tegas bahwa kebijakan itu salah sasaran.
Peneliti kemiskinan Robert Rector menolak kebijakan seperti war on poverty. Ia mengkritik anggaran yang fantastis, serta itu dapat mengurangi minat orang untuk kerja, sehingga tak mandiri. Ia bahkan menyayangkan saat melihat program serupa masih berlanjut.
"Dengan mengurangi norma-norma sosial yang diperlukan untuk mandiri, kebijakan kesejahteraan itu menciptakan lebih banyak bantuan di masa depan," ujar pakar kemiskinan Robert Rector di The Heritage.
Ia menyorot jumlah kemiskinan pada 2013 adalah 14,5 persen yang tak jauh berbeda dari angka kemiskinan pada 1967 ketika war on poverty baru dimulai.
Di sisi lain, situs Center for American Progress (CAP) berkata kebijakan Presiden Johnson berhasil menginspirasi program positif seperti, seperti program makanan bagi orang tak mampu, serta program jaminan kesehatan seperti Medicaid dan Medicare.
"Program tersebut dan program-program yang berakar pada Perang Melawan Kemiskinan telah mengeluarkan jutaan keluarga dari kemiskinan, membuat pendidikan kuliah semakin terakses, dan menaruh Impian Amerika dalam jangkauan orang-orang yang hidup di pinggiran masyarakat," tulis CAP.
Advertisement